PENDAHULUAN
Kalau kita
melihat sejarah terdahulu, bahkan pada zaman penjajahan sekalipun, kedudukan
dan profesi guru sangat disegani dan dimuliakan. Dapat dilihat dari penampilan
yang sangat dikenal dan ditiru oleh setiap orang khusus muridnya, dan tingkah
lakunya yang sangat disegani oleh yang melihat dan mengenalnya. Dalam berbagai
kegiatan, baik kegiatan kemasyarakatan maupun kenegaraan, para guru selalu
ditempatkan pada posisi terdepan. Bahkan, dalam perjuangan merebut dan
mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia pun guru selalu berada pada garda
terdepan untuk menunjukkan kecintaannya terhadap tanah air dan rakyat
Indonesia.
Seperti yang
kita ketahui, Panglima Besar Jenderal Sudirman, Imam Bonjol, dan Ki Hajar
Dewantara pun adalah seorang guru yang disegani. Guru merupakan sosok yang
begitu dihormati lantaran memili andil yang sangat besar terhadap keberhasilan
pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan
peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Ketika orang tua
mendaftarkan anaknya ke sekolah, pada saat itu juga ia menaruh harapan terhadap
guru, agar anaknya dapat berkembang secara optimal (Mulyasa, 2005:10). Masalahnya
yang penting adalah mengapa guru itu dikatakan sebagai pendidik. Guru memang
seorang pendidik, sebab dalam pekerjaannya ia tidak hanya mengajar seseorang
agar tahu beberapa hal, tetapi guru juga mengalihkan beberapa keterampilan dan
terutama sikap mental anak didik. Mendidik sikap mental seseotan tidak cukup
hanya mengajar sesuatu pengetahuan tetapi bagaimana pengetahuan itu harus
dididikkan/diajarkan, dengan guru sebagai idolanya.
Berdasarkan pendahuluan
di atas dapat kita lihat gambar penampilan dan aktivitas guru yang tidak pantas
untuk ditiru dan diteladani.
1. PENAMPILAN DAN AKTIVITAS GURU DI DALAM
KELAS,DALAM
TEMA
GAMBAR MEMBERI KUNCI JAWABAN KEPADA MURID.
A. Penampilan
guru
Berdasarkan
gambar di atas dapat kita lihat penampilan seorang guru di depan muridnya,
cukup rapi dengan kemeja biru pakai dasi dan celana panjang hitam, kumis tipis
rambut sedikit panjang tapi tidak mengganggu penampilannya. Dengan memberi
senyum dan duduk yang sopan, serta peralatan mengajar yang cukup modern. Dapat
kita lihat, ada laptop yang mendukung materi pelajaran yang akan diberikan
olehnya. Terpajang infokus yang lengkap dengan alat pendukung pelaksanaan
pengajaran cukup menyakinan bagi kitanyang melihatnya alangkah hebatnya guru
ini.
Akan tetapi dapatkah kita lihat lagi apa yang
sebenarnya akan diberikan oleh guru yang berjenis kelamin pria ini. Adakah yang
salah pada guru ini, baiklah mari kita lihat pada aktivitas atau kegiatan guru
ini di dalam kelas.
B. Aktivitas
guru di dalam kelas
Sebuah
istilah yang menjadi slogan guru sebagai cerminan bagi anak didik “guru kencing
berdiri, murid kencing berlari”, memberikan pesan moral kepada guru agar
bertindak dengan penuh pertimbangan. Ketiga guru jangan salahkan murid ketika
berperilaku lebih dari apa yang guru menanamkan nilai dan contoh karakter dan
sifat yang tidak baik, maka lakukan. Seperti kelakuan bejat guru ketika
membocorkan jawaban Ujian Nasional sebagai upaya menolong kelulusan anak
didiknya. Memang murid pada saat itu senang, karena mendapatkan jawaban untuk
mempermudah mereka lulus. Akan tetapi, saat itu juga guru telah menanamkan
ketidakpercayaan murid terhadap guru. Dan pada saatnya nanti mereka akan jauh
lebih berbuat lebih bejat lagi ketimbang saat ini yang guru lakukan.
Setelah penulis lihat dengan seksama apa yang
dilakukan oleh guru di gambar, penulis membuat kesimpulan tentang guru
tersebut. Sangatlah memprihatinkan pendidikan yang terjadi di kelas .Guru
memberikan jawaban pada muridnya, pada saat ujian terjadi,bagaimana tingkah
laku murid – muridnya nanti sebagai anak bangsa.Karena guru
menjadi figur sentra dalam dunia pendidikan, khususnya dalam proses belajar
mengajar (PBM), maka setiap guru diharapkan memiliki karakteristik (ciri khas)
kepribadian yang ideal sesuai dengan persyaratan yang bersifat
psikologis-pedagogis.
Guru adalah ujung tombak pendidikan, sementara
birokrasi pendidikan hanyalah sebagai motivator untuk meningkatkan kecerdasan
dan kreatifitas peserta didik (murid).Salah satu kegiatan paling penting dalam
penyelenggaraan pendidikan adalah meningkatkan dan menjaga mutu pendidikan.
Sebagai suatu sistem yang terdiri dari input, proses, dan output, maka yang
dimaksud dengan mutu pendidikan dalam hal ini ialah mutu output dari sistem
pendidikan tersebut yang wujudnya adalah perkembangan atau kemajuan pada diri
murid. Ini berarti bahwa suatu sistem pendidikan dengan input yang bagus,
maka ia adalah sistem pendidikan yang bermutu rendah.
Begitu pula halnya, meskipun seratus persen anak didik
telah mengikuti ujian dan lulus, tetapi jika kualifikasi atau mutu lulusannya
sangat rendah, tentu tidak dapat dikatakan sistem pendidikan tersebut bermutu.Mengapa
demikian ? Karena yang mengerjakan soal – soal ujian nasional bukan murid –
muridnya sebagaimana mestinya. Tetapi gurunya sendiri, hal ini, sangat
menyentuh hati kita akan keadaan pendidikan sekarang. Bagaimana sistem
pendidikan (sekolah) dikatakan efektif dan bermutu ? jika lulusannya mencapai
tingkat perkembangan yang tidak baik dan tidak menguasai semua mata pelajaran
yang diajarkan dengan baik sesuai dengan standar yang ditetapkan. Dan
pendidikan dikatakan sangat efektif bila
para siswa lulusan mampu mencapai tingkat perkembangan yang baik dan
mampu menguasai semua mata pelajaran yang telah mereka dapatkan dari gurunya
sesuai dengan standar yang ditetapkan.
Salah satu
poisi kunci untuk mewujudkan upaya tersebut di atas adalah pengawasan akademik.
Yang dimaksud di sini adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang yang
diposisikan sebagai pengawas, yang tugas pokoknya adalah memantau,
mengendalikan, dan memberikan bantuan agar tujuan pengajaran dapat tercapai
secara optimal. Seperti lazimnya kegiatan pengawasan (supervisi), maka
hakekatnya dari pengawasan adalah pengendalian dan kontrol.
2. TEMA
GURU BERPAKAIAN TIDAK SOPAN SAAT MENGAJAR
Penampilan guru berdasarkan gambar
di atas memakai baju kaos dan celana pendek. Guru duduk dengan dua kaki di atas
meja dan memakai sandal jepit. Sepertinya guru mendengar musik dan asyik
chatting . Gaya asyik guru ini, dilihat oleh muridnya, materi pelajaran apa tak
bisa penulis bayangkan bila hal ini terjadi di kelas kita. Penampilan guru
sangatlah menggarisi kewibawaannya. Kita tahu kalo kehormatan seseorang dilihat
dengan penampilannya sehari – hari.
Guru
merupakan sosok yang begitu dihormati lantaran memilih andil yang sangat besar
terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam
membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara
optimal. Ketika orang tua mendaftarkan anaknya ke sekolah, pada saat itu juga
ia menaruh harapan terhadap guru, agar anaknya dapat berkembang secara optimal
(Mulyasa, 2005:10).
Seseorang
dikatakan sebagai guru tidak cukup tahu suatu materi yang akan diajarkan,
tetapi pertama kali harus merupakan seseorang yang memang memiliki kepribadian
guru, dengan segala ciri tingkat kedewasaannya. Dengan kata lain bahwa untuk
menjadi guru atau pendidik, seseorang harus berpribadi. (Sardiman A.M.,
1992:135).
Masalahnya
yang penting adalah mengapa guru itu dikatakan sebagai pendidik. Guru memang
seorang pendidik, sebab dalam pekerjaannya ia tidak hanya mengajar seseorang
agar tahu beberapa hal, tetapi guru juga mengalihkan beberapa keterampilan dan
terutama sikap mental anak didik. Mendidik sikap mental seseorang tidak cukup
hanya mengajar sesuatu pengetahuan tetapi bagaimana pengetahuan itu harus
dididikkan/diajarkan, dengan guru sebagai idolanya.
Minat, bakat, kemampuan, dan potensi peserta didik
tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan guru. Dalam kaitan ini guru
perlu memperhatikan peserta didik secara individual. Tuga guru tidak hanya
mengajar, namun juga mendidik, mengasuh, membimbing, dan membentuk kepribadian
siswa guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM).
Dengan mendidik dan menanamkan nilai-nilai yang
terkandung pada berbagai pengetahuan yang dibarengi dengan contoh-contoh
teladan dari sikap dan tingkah laku gurunya, diharapkan anak didik/siswa dapat
menghayati dan kemudian miliknya, sehingga dapat menumbuhkan sikap mental. Jadi
tugas seorang guru bukan sekedar menumpahkan semua ilmu pengetahuan tetapi juga
mendidik seseorang menjadi warga negara yang baik, menjadi seseorang yang
berperilaku baik dan utuh. Mendidik berarti mentransfer nilai-nilai kepada
siswanya. Nilai-nilai tersebut harus diwujudkan dalam tingkah laku sehari-hari.
Oleh karena itu pribadi guru itu sendiri merupakan perwujudan dan nilai-nilai
yang akan ditransfer. Mendidik adalah mengantarkan anak didik agar menemukan
dirinya, menemukan kemanusiaannya. Mendidik adalah memanusiakan manusia.
(Sardiman A.M., 1992:136).
3.
GURU TIDAK ADIL DALAM MEMBERI PENILAIAN
Guru sangat berkompeten dalam
memberi penilaian pada peserta didik. Penilaian sangat berarti untuk melihat
kemajuan pembelajaran peserta didik. Bila dalam pemberian nilai mengalami
ketidakadilan dalam pemberian nilai pada anak. Maka akan terjadi kemunduran
pada anak didik . Dalam proses pembelajaran, peserta didik
merupakan subjek yang pro aktif dan ikut menentukan keberhasilan proses
yang berlangsung.
Untuk itu peserta didik perlu dilibatkan
secara aktif dalam menetapkan sistem pembelajaran. Sehingga guru akan
mendapatkan sistem pembelajaran yang tepat sesuai dengan minat, motivasi,
kebiasaan, dan cara belajar peserta didik.Sistem pembelajaran merupakan proses
yang berlangsung secara berkesinambungan dari awal hingga berakhirnya proses
pembelajaran. Di akhir proses pembelajaran guru akan tahu, seberapa jauh
perkembangan kemajuan anak didiknya pada materi yang beliau berikan. Dan juga
seberapa tingkat kesulitan yang mereka temukan dalam materi yang diajarkan.
Kelemahan pengajaran kita ialah kurangnya
usaha guru memberi perhatian kepada perbedaan individual, sehingga selalu
jumlah terbesar dari murid – murid tak sampai mencapai penguasaan penuh atas
bahan pelajaran tertentu. Pada saat anak itu baru mencapai pemahaman setengah –
setengah guru telah beralih kepada bahan yang bbaru, yang juga tak dapat
dikuasainya karena kekurangan dalam bahan apersepsinya[1].
Secara ideal setiap anak harus mempunyai
seorang guru khusus, seorang guru yang mengajarnya sesuai dengan kebutuhan dan
bakat anak. Menyediakan seorang guru untuk setiap anak tentu tidak mungkin
karena biaya yang sangat besar. Bantuan individual didapat anak dari orang tua
atau saudara dan kerabatnya. Bantuan ini sangat besar manfaatnya. Anak dapat
menanyakan hal-hal yang kurang dipahaminya sampai ia benar – benar mengerti.
Ada guru yang tidak memberi kesempatan bertanya, bahkan merasa jengkel kalau
murid bertanya karena tidak mengerti walaupun telah diterangkan oleh guru. Guru
sendiri tidak berusaha untuk menyelami di mana letak kesulitan anak secara
individual dan menganggap bahwa semua anak harus mengerti, walaupun hanya
sebagian kecil saja, yang sudah mengerti. Selain itu tak ada hasrat atau tekad
guru agar semua murid menguasai bahan yang diajarkannya sepenuhnya. Ia merasa
puas bila sebagian dari murid mengerti apa yang diterangkannya. Tak terpikirkan
olehnya bahwa semua murid dapat menguasai pelajaran.
4. Guru
Gaptek
Pengajaran berprograma yang diciptakan oleh Skinner dan dimodifikasikan oleh Crowder, pada prinsipnya terdiri atas langkah – langkah – langkah
yang tersusun menurut urutan – urutan yang membawa murid dari apa yang harus
diketahinya[2].
Komputer digunakan sekaigus oleh sejumlah
besar pelajar/peserta didik, masing-masing tugas tersendiri, maju menurut
kecepatan masing-masing, pada saat yang bersamaan mengambil test diagnostik
yang berbeda-beda. Komputer mampu
melaksanakan management systems. Tugas utama komputer :
1.
Menscore test,
2.
Mendiagnosis kelemahan siswa
3.
Membagi kegiatan yang akan dilakukan
4.
Menulis laporan tentang hasil belajar
siswa.
Komputer dapat memberi laporan tertulis
kepada guru tentang, nama siswa,tugas yang sedang dikerjakan siswa,tujuan yang
harus dicapai dengan tugas tersebut, dan hasil belajar murid yaitu score yang
diambilnya. Komputer juga dapat memberi keterangan, tentang jumlah siswa yang
mengerjakan unit tertentu serta proporsi siswa yang telah berhasil dalam test
tertentu.
Dengan bantuan komputer banyak pekerjaan
guru yang mendapat keringanan, bahkan ada yang sama sekali tak perlu dilakukan
lagi oleh guru sendiri.
Komputer (internet melalui IT) dapat
membantu dalam memberikan informasi tentang berbagai hal yang diperlukan oleh
murid atau tenaga pengajar, misalnya tentang tiap bidang study, akan tetapi
juga mengenai topik – topik tertentu seperti soal polusi, urbanisasi,
kependudukkan,dan sebagainya.
Tidak hanya Komputer, IT dan audio visual
lain harus dikuasai oleh guru guru agar tidak ketinggalan jauh dari murid
muridnya. Di era globalisasi ini,IT sangat berperan dalam proses belajar
mengajar, bagaimana jadinya bila IT tidak dikuasai oleh guru, maka akan
pupuslah pembentukan manusia modern di negara ini. Mengapa begitu ? karena guru
harus memiliki desain pembelajaran yang dibuat melalui IT. Mungkin video,film,
internet dan lain sebagainya yang telah dikenalkan oleh guru.
Guru harus berperan sebagai fasilitator dengan cara memotivasi peserta
didik agar peserta didik memiliki keingintahuan, kesibukan terhadap gagasan
baru dan. Kalau tidak maka dapat dipastikan peserta didik akan cepat bosan
dalam mengikuti proses pembelajaran. Melaui IT, semua informasi, model
pembelajaran telah dimiliki guru bila beliau menguasai IT.
5. Guru Tidak Berpengalaman Dalam
Mengajar
Perkembangan dan perubahan pendidikan yang
maju menuntut kita mempersiapi diri menjadi tenaga yang siap pakai. Tenaga
pengajar dituntut untuk mengembangkan kemampuan dirinya dengan pengetahuan,
keterampilan, dan keahlian agar guru tidak tergilas dengan majunya pendidikan,
dalam situasi bagaimanapun sang guru tetap menjadi kemudi untuk mencapai
masyarakat madani.
Guru di dalam dunia pendidikan ibarat
seorang pengemudi kendaraan, apakah legalitas pengemudinya sudah diakui sesuai
armadanya. Demikian juga sang pengemudi harus dituntut, memiliki pengetahuan
tentang armadanya dan fungsi armada yang dikemudinya,tidak hanya dituntut
pengetahuan, akan tetapi sejauh mana jam terbang atau pengalamannya,sebab
pengalaman merupakan guru yang paling berharga.
Demikian pula guru, mereka harus memahami
dan mengetahui pengetahuan tentang belajar dan mengajar dari segi teori dan praktek. Bila tidak memiliki pemahaman
ini, maka akan salah fungsi akan
mengakibatkan tidak tercapainya suatu tujuan pendidikan nasional. Oleh sebab
itu guru harus berkualitas dan berkompetensi sebagaimana UU RI No 14 tahun 2005
BAB IV pasal 10 (ayat 1) ‘ Kompetensi guru sebagaimana pasal 8 meliputi
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi
professional melalui pendidikan professi[3].
Telah berabad-abad silam wahyu diturunkan
kepada Rasulallah SAW diantaranya perlu manusia diatas bumi ini meningkatkan
kualitasnya. Pada satu ayat menceritakan perang Badar ; “ sekolmpok manusia
yang berkualitas dengan jumlah yang sedikit mampu mengalahkan kelompok yang
banyak jumlah orangnya, dan kelompok itu tidak memiliki kualitas”, di dalam
tafsir Al-Qur’an dijelaskan tentara orang islam sebanyak 313 orang mampu
mengalahkan tentara orang kafir sebanyak 1000 orang.
Guru – guru tidak hanya menerima apa – apa
yang tersirat di buku mata pelajaran saja, pembelajaran harus terlaksana sesuai
tujuan kurikulum yang berlaku. Seseorang guru yang mengajar tanpa menetapkan
tujuan instruksional dn mengajar tanpa pedoman ibarat nakhoda berlayar tanpa
mepergunakan kompas yang mengakibatkan meraba – raba menentukan tujuan yang
hendak dicapai.
Intinya guru harus bersikap matang atau
siap dalam mengajar, memiliki keterampilan dan mampu berinteraksi dengan
lingkungan. Jadi sebelum dia memutuskan untuk siap , dia harus belajar untuk
mendapati sebuah pengalaman. Guru dapat saja belajar melalui pengalaman di
berbagai tempat, sarana, sumber yang memungkinkan untuk mengubah perilakunya,
yang sebelumnya tidak tahu, sekarang menjadi lebih tahu dan mengerti lantaran
berinteraksi dengan lingkungannya.
Pengalaman merupakan suatu informasi yang
didapatkan melalui empirik ( penglihatan,pendengaran,penciuman, rasa dan perabaan)
yang akan menjadi pengetahuan seseorang.
6. Guru Pemarah
Sikap dan perilaku seperti ini timbul
karena gurunya killer. Proses belajar mengajar dilakukan dengan siatuasi yang
kaku dan tegang. Jadi belajar seperti ini, bukannya siswa sadar dan tertarik
pada pelajaran tapi ada ketakutan yang berlebihan memiliki kelas yang mencekam.
Seseorang
dikatakan sebagai guru tidak cukup tahu suatu materi yang akan diajarakan,
tetapi pertama kali harus merupakan seseorang yang memang memiliki kepribadian
guru, dengan segala ciri tingkat kedewasaannya. Dengan kata lain bahwa untuk
menjadi guru atau pendidik, seseorang harus berpribadi. (Sardiman A.M.,
1992:135).
Masalahnya
yang penting adalah mengapa guru itu dikatakan sebagai pendidik. Guru memang
seorang pendidik, sebab dalam pekerjaannya ia tidak hanya mengajar seseorang
agar tahu beberapa hal, tetapi guru juga mengalihkan beberapa keterampilan dan
terutama sikap mental anak didik. Mendidik sikap mental seseotan tidak cukup
hanya mengajar sesuatu pengetahuan tetapi bagaimana pengetahuan itu harus dididikkan/diajarkan,
dengan guru sebagai idolanya.
Dunia
pendidikan yang seharusnya penuh dengan kasih sayang, tempat untuk belajar
dengan moral, budi pekerti justru sekarang ini dekat dnegan tindak kekerasan
dan asusila. Dunia pendidikan seharusnya mencerminkan sikap-sikap intelektual,
budi pekerti, dan menjunjung tinggi nilai moral, justru telah dicoreng oleh
segelintir oknum pendidikan (guru) yang tidak bertanggung jawab. Realitas ini
mengandung pesan bahwa dunia pendidikanharus segera melakukan evaluasi ke
dalam.
Sepertinya,
sudah waktunya untuk melakukan pelurusan kembali atas pemahakan dalam
memposisikan profesi guru.Kesalahan guru dalam memahami profesinya akan
mengakibatkan bergesernya fungsi guru secara perlahan-lahan. Pergeseran ini
telah menyebabkan dua pihak yang tadinya sama-sama membawa kepentingan dan
saling membutuhkan, yakni guru dan siswa, menjadi tidak lagi saling
membutuhkan. Akibatnya suasana belajar sangat memberatkan, membosankan, dan
jauh dari suasana yang membahagiakan. Dari sinilah konflik demi konflik muncul
sehingga pihak-pihak di dalamnya mudah frustasi lantas mudah melampiaskan
kegundahannya dengan cara-cara yang tidak benar. Guru masa depan bangsa kita,
masyarakat kita, sangat membutuhkan para guru-guru yang mampu mengangkat citra
pendidikan kita terkesan sudah carut-marut, dan seperti benang kusut. Sehingga
bagaimana harus dimulai, kapan dan siapa yang memulainya, dan dari mana harus
dimulaiJika kita masing-masing menyadari, memiliki rasa kepedulian, mau berbagi
rasa, atau kalaulah mau kita ber-tepo seliro, maka pendidikan kita
seperti disebutkan di atas, akan dapat dianulir. Oleh sebab itu semua ktia
memiliki satu persepsi, satu langkah dan satu tujuan sebagaimana kita berusaha
mengangkat citra pendidikan tersebut, menjadi pendidikan bermutu, dan tentunya
diharapkan mampu untuk mengangkat peringkat dan citra pendidikan termasuk
terendah di Asia.
7. Guru datang terlambat mengajar
Kehadiran guru dalam proses belajar mengajar (PBM) masih tetap memegang
peranan yang sangat penting. Peranan guru dalam PBM tidak bisa digantikan oleh
mesin-mesin komputer yang moderen sekalipun. Masih terlalu banyak unsur
manusiawi, sikap, sistem nilai, perasaan, motivasi, kebiasaan dan lain-lain.
Pemapanan kepribadian
guru menuju guru profesional adalah salah satu cara yang tepat untuk bangkit
dalam keterbenaman. Dan itu membutuhkan waktu dan perangkat yang cukup matang.
Guru benar – benar harus diguguh dan ditiru oleh setiap muridnya.Pendidikan dan
guru laksana dua sisi mata uang, sama-sama penting dan saling bergantung.
Pendidikan yang baik hanya dapat terwujud, manakala dilengkapi dengan guru-guru
yang berkualitas, kreatif, berintegritas tinggi , bertanggung jawab dan
demokratis.
Ketepatan
waktu saat memberi pelajaran harus diperhatikan bagi guru. Bila guru datang
terlambat disebabkan suatu hal yang tak bisa dihindari, seperti : kendaraan
bermasalah, sakit, rapat dan lain sebagai yang benar – benar tak bisa dihindari
mungkin boleh saja dimaafkan. Akan tetapi keterlambatan atau kealpaan guru
dalam mengajar karena disengaja sangatlah merugikan anak didik.
Tanggung
jawab dalam mengembangkan profesi pada dasarnya ialah tuntutan dan panggilan
untuk selalu mencintai, menghargai, menjaga dan meningkatkan tugas dan tanggung
jawab profesinya. Guru harus sadar bahwa tugas dan tanggung jawabnya tidak bisa
dilakukan orang lain, kecuali oleh dirinya.
Demikian
pula ia harus sadar bahwa dalam melaksanakan tugas selalu dituntuk untuk
bersungguh-sungguh dan bukan pekerjaan sambilan. Guru harus sadar bahwa yang
dianggap baik dan benar saat ini, belum tentu benar di masa yang akan datang.
Oleh karena
itu guru dituntut agar selalu meningkatkan pengetahuan, kemampuan dalam rangka
pelaksanaan tugas profesinya, ia harus peka terhadap perubahan-perubahan yang
terjadi khususnya dalam bidang perndidikan dan pada masyarakat pada umumnya.
Kehadirannya di dalam kelas harus tepat waktu dan begitu juga dalam memberi
pelajaran pada peserta didiknya. Tanggung jawab guru pada profesinya sebagai
pendidik harus diperaninya dengan baik.
Tanggung jawab dalam mengembangkan profesi pada
dasarnya ialah tuntutan dan panggilan untuk selalu mencintai, menghargai,
menjaga dan meningkatkan tugas dan tanggung jawab profesinya. Guru harus sadar
bahwa tugas dan tanggung jawabnya tidak bisa dilakukan orang lain, kecuali oleh
dirinya.
Demikian pula ia harus sadar bahwa dalam melaksanakan
tugas selalu dituntuk untuk bersungguh-sungguh dan bukan pekerjaan sambilan.
Guru harus sadar bahwa yang dianggap baik dan benar saat ini, belum tentu benar
di masa yang akan datang. Oleh karena itu guru dituntut agar selalu
meningkatkan pengetahuan, kemampuan dalam rangka pelaksanaan tugas profesinya,
ia harus peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi khususnya dalam bidang
perndidikan dan pada masyarakat pada umumnya.
8. Guru angkuh dan sok tahu
Menurut penuturan R. Tantiningsih, ada beberapa upaya
yang dapat dilakukan agar beberapa sikap dan perilaku menyimpang dalam dunia
pendidikan dapat dihindari, di antaranya: pertama, menyiapkan tenaga pendidikan
yang benar-benar profesional yang dapat menghormati siswa secara utuh. Kedua,
guru merupakan key succes dalam keberhasilan budi pekerti. Dari guru
siswa dapat mendapatkan action exercise dari pembelajaran yang
diberikan. Guru sebagai panutan hendaknya menjaga image dalam bersikap dan
berperilaku jauhkan dari prilaku sombong, angkuh, dan sok tahu. Ketiga, budi
pekerti dijadikan mata pelajaran khusus di sekolah. Keempat, adanya kerjasama
dan interaksi yang erat antara siswa, guru (sekolah), dan orang tua.
Terkait dengan hal tersebut, hasil temuan dari
Universitas Havard bahwa 85 % dari sebab kesuksesan, pencapaian sasaran,
promosi jabatan, dan lain-lain adalah karena sikap-sikap seseorang. Hanya 15 %
disebabkan oleh keahlian atau kompetensi teknis yang dimiliki. (Ronnie,
2005:62).
Namun sayangnya justru kemampuan yang bersifat teknis
ini yang menjadi primadona dalam institusi pendidikan yang dianggap modern
sekarang ini. Bahkan kompetensi teknis ini dijadikan basis utama dari proses
belajar mengajar. Jelas hal ini bukan merupakan solusi, bahkan akan membuat
permasalahan semakin menjadi. Semakin menggelembung dan semakin sulit diatasi.
Semakin seseorang mendapat jabatan yang tinggi penghargaan terhadap dirinya
menjadi jauh lebih tinggi dan mahal, hal ini membuat mereka berlaku sedikit
sombong.
Menurut Danni Ronnie M. ada enam belas pilar agar guru
dapat mengajar dengan hati. Keenam belas pilar tersebut menekankan pada sikap
dan perilaku pendidik untuk mengembangkan potensi peserta didik. Enam belas
pilar pembentukan karakter yang harus dimiliki seorang uru, antara lain:
(1) kasih sayang; (2) penghargaan; (3) pemberian ruang untuk mengembangkan
diri; (4) kepercayaan; (5) kerjasama; (6) saling berbagi; (7) saling
memotivasi; (8) saling mendengarkan; (9) saling berinteraksi secara positif;
(10) saling menanamkan nilai-nilai moral; (11) saling meningatkan dengan
ketulusan hati; (12) saling menularkan antusiasme; (13) saling menggali potensi
diri ; (14) saling mengajari dengan kerendahan hati; (15) saling menginspirasi;
(16) saling menghormati perbedaan.
Jika para pendidik menyadari dan memiliki menerapkan
16 pilar pembangunan karakter tersebut jelas akan memberikan memberikan
sumbangsih yang luar biasa kepada masyarakat dan negaranya.
Dengan demikian sikap dan perilaku guru yang telah
diuraikan di atas, merupakan gambaran mengenai sikap dan perilaku guru teladan
yang menjadi dambaan setiap orang terutama siswa dan orang tua siswa. Guru -
guru harus memahami dan menjalankan prilaku teladan pada peserta didik mereka.
9. Guru chat saat mengajar
Guru dituntut untuk mengikuti kemajuan jaman,
mengenal teknologi moderen dan kemajuan metode – metode pengajaran yang baru.
Akan tetapi bukan membuat guru semakin terlena dengan mengikuti kemajuan ini
sehingga melupakan tugas dan kewajibannya sebagai pendidik.
Seperti di dalam gambar diperlihatkan
seorang guru sibuk dengan teman face booknya, sehingga anak terlantar dan tidak
mendapat materi baru dari gurunya. Hal ini, akan menyebabkan tidak berjalannya
proses pembelajaran. Kalau keadaan di kelas seperti ini bagaimana materi akan
berkembang di pemikiran anak – anak didik.
Guru harus berperan sebagai fasilitator
dengan cara memotivasi peserta didik agar peserta didik memiliki keingintahuan,
kesibukan terhadap gagasan baru dan pemahaman materi akan meningkatkan
kemampuan berpikir siswa. Bukan berarti guru harus menyibukan diri dengan
kegiatan sendiri. Guru harus memikirkan dirinya sendiri. Kalau tidak maka dapat
dipastikan peserta didik akan cepat bosan dalam mengikuti proses pembelajaran.
Siswa akan menilai guru tidak mampu mengajar.
Guru harus mampu mengatasi kelas dengan
menguasai materi dan memberi motivasi pada peserta didik untuk mewujudkan suatu
perilaku untuk memenuhi suatu keinginan atau kebutuhannya. Perilaku manusia
pada dasarnya berorientasi pada tujuan, yaitu dimotivasi oleh keinginan untuk
mencapai tujuan tertentu. Kuatnya motivasi yang dimiliki individu akan banyak
menentukan kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar,
bekerja maupun dalam kehidupan lainnya.
Guru merupakan penentu keberhasilan
pendidikan melalui kinerjanya pada tataran institusional dan eksperiensial,
sehingga upaya meningkatkan mutu pendidikan harus dimulai dari aspek “guru” dan
tenaga kependidikan lainnya yang menyangkut kualitas keprofesionalannya maupun
kesejahtraan dalam satu manajemen pendidikan yang professional.
Pada waktu seorang guru mempersiapkan
dirinya untuk mengajar, sedang mengajar maupun setelah mengajar,ada beberapa
hal utama yang menjadi perhatian :
1.
Kesadaran dan kepercayaan diri ( dimana
guru berada, seberapa besar kemampuan guru dan bagaimana tanggapan serta
perasaan siswa tentang guru) hal ini harus disadari oleh guru.
2.
Keterampilan – keterampilan dasar yang
diperlukan dalam mengajar
3.
Keterampilan menggunakan variasi dalam
mengajar
4.
Keterampilan melibatkan siswa dalam proses
belajar
5.
Keterampilan dalam mengelola kelas
Keterampilan – keterampilan dasar ini
harus dikuasai oleh guru dan justru inilah sebenarnya yang merupakan kebutuhan mereka
di dalam menunjang tugas mereka di dalam kelas. Dan mereka perlu mengetahui
kelemahan – kelemahan dan kekurangan - kekurangan mereka .
10. Guru tidak sopan di dalam kelas
Penampilan guru yang seronok atau tidak
sopan, seperti di dalam gambar, memakai sandal jepit, baju kaos, celana jeans
dan cara duduk dengan kaki diangkat, sangatlah tidak sopan. Hal ini tidak
mencerminkan citra seorang guru yang digugu dan ditiru. Keangkuhan guru sangat
menonjol berdasarkan gambar.
Kepribadian adalah keseluruhan dari individu yang
terdiri dari unsur psikis dan fisik. Dalam makna demikian, seluruh sikap dan perbuatan
seseorang merupakan satu gambaran dari kepribadian orang itu, asal dilakukan
secara sadar. Dan perbuatan baik sering dikatakan bahwa seseorang itu mempunyai
kepribadian baik atau berakhlak mulia. Sebaliknya, bila seseorang melakukan
sikap dan perbuatan yang tidak baik menurut pandangan masyarakat, maka
dikatakan orang itu tidak mempunyai kepribadian baik atau tidak berakhlak
mulia. Dengan kata lain, baik atau tidaknya citra seorang guru ditentukan oleh
kepribadian. Lebih lagi bagi seorang guru, masalah kepribadian merupakan faktor
yang menentukan terhadap keberhasilan melaksanakan tugas sebagai pendidik.
Kepribadian dapat menentukan apakah guru menjadi pendidik dan pembina yang baik
ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi hari depan siswa terutama
bagi siswa yang masih kecil dan mereka yang mengalami kegoncangan jiwa.
Kepribadian adalah unsur yang menentukan interaksi
guru dengan siswa sebagai teladan, guru harus memiliki kepribadian yang dapat
dijadikan profil dan idola, seluruh kehidupan adalah figur yang paripurna.
Itulah kesan guru sebagai sosok ideal. Guru adalah mitrasiswa dalam kebaikan.
Dengan guru yang baik maka siswa pun akan menjadi baik. Tidak ada seorang guru
pun yang bermaksud menjerumuskan siswanya ke lembah kenistaan. Guru adalah spiritual
father atau bapak rohani bagi seorang siswa, karena ia yang memberikan
santapan rohani dan pendidikan akhlak, memberikan jalan kebenaran. Maka
menghormati guru berarti menghormati siswa, menghargai guru berarti penghargaan
terhadap anak-anak bangsa.
Pendidikan yang dilaksanakan oleh guru dalam proses
pembelajaran di sekolah dan masyarakat memerlukan kompetensi dalam arti luas
yaitu standar kemampuan yang diperlukan untuk menggambarkan kualifikasi
seseorang baik secara kualitatif maupun kuantitatif dalam melaksanakan
tugasnya. Kompetensi kepribadian guru mencakup sikap (attitude),
nilai-niai (value), kepribadian (personality) sebagai elemen
perilaku (behaviour) dalam kaitannya dengan performance yang ideal
sesuai dengan bidang pekerjaan yang dilandasi oleh latar belakang pendidikan,
peningkatan kemampuan dan pelatihan, serta legalitas kewenangan mengajar.
Berikut ini adalah beberapa pengertian tentang kompetensi kepribadian antara
lain adalah sebagai berikut.
- Yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian di dalam Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005, pada pasal 28, ayat 3 ialah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.
- Menurut Samani, Mukhlas (2008;6) secara rinci kompetensi kepribadian mencakup hal-hal sebagai berikut; a) berakhlak mulia, b) arif dan bijaksana, c) mantap, d) berwibawa, e) stabil, f) dewasa, g) jujur, h) menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat, i) secara objektif mengevaluasi kinerja sendiri, j) mau siap mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.
- Menurut Djam’an Satori (2007;2.5) yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian ialah kompetensi yang berkaitan dengan perilaku pribadi guru itu sendiri yang kelak harus memiliki nilai-nilai luhur sehingga terpencar dalam perilaku sehari-hari.
Dari beberapa pengertian seperti tersebut di atas maka
yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah kompetensi yang berkaitan
dengan tingkah laku pribadi guru itu sendiri yang kelak harus memiliki
nilai-nilai luhur sehingga terpantul dalam perilaku sehari-hari. Hal ini dengan
sendirinya berkaitan erat dengan falsafah hidup yang mengharapkan guru menjadi
model manusia yang memiliki nilai-nilai luhur. Di Indonesia sikap pribadi yang
dijiwai oleh filsafat Pancasila yang mengagungkan budaya bangsanya yang rela
berkorban bagi kelestarian bangsa dan negaranya termasuk dalam kompetensi
kepribadian guru. Dengan demikian pemahaman terhadap kompetensi kepribadian
guru harus dimaknai sebagai suatu wujud sosok manusia yang utuh.
Seseorang
yang berstatus sebagai guru adakalanya tidak selamanya dapat menjaga wibawa dan
citra sebagai guru di mata siswa dan masyarakat. Sehingga masih ada sebagian
guru yang mencemarkan wibawa dan citra guru. Di media masa sering diberitakan
tentang oknum-oknum guru yang melakukan satu tindakan asusila, asosial, dan
amoral. Perbuatan itu tidak sepatutnya dilakukan oleh guru. Karenanya guru
harus menjaga citra tersebut.
11. Guru berbicara kasar
Guru mempunyai kemampuan-kemampuan sebagai berikut:1)
Mengaktualisasikan landasan mengajar, 2) Menguasai ilmu mengajar (didaktik
metodik), 3) Mengenal siswa, 4) Menguasai teori motivasi, 5) Mengenali
lingkungan masyarakat, 6) Menguasai penyusunan kurikulum, 7) Menguasai teknik
penyusunan RPP, 8) Menguasai pengetahuan evaluasi pembelajaran, dll.
Guru berdasarkan gambar menunjukkan
seorang individu yang kasar dan tidak sopan. Walaupun penampilannya
rapi,berdasi dan berpakaian yang sopan, akan tetapi gara bicaranya menunjukkan
dia bukan seorang pendidik yang prilaku tidak harus ditiru. Seharusnya dia
menyadari apa dan siapa yang dihadapi. Sikap dan prilaku setiap guru sangatlah
mendukung penampilan dan kepribadiannya. Bila seorang guru bicara kasar pada
murid atau siswanya, bisa dipastikan dia akan dibenci dan kehadirannya sangat
tidak diharapkan di dalam kelas.
Setiap guru mempunyai pribadi masing-masing sesuai
ciri-ciri pribadi yang mereka miliki. Ciri-ciri inilah yang membedakan seorang
guru dengan guru yang lainnya. Kepribadian sebenarnya adalah satu masalah yang
abstrak, hanya dapat dilihat dari penampilan, tindakan, ucapan yang santun,
cara berpakaian, dan dalam menghadapi setiap persoalan.
Cara guru berkomunikasi di dalam kelas dalam
menyampaikan materi kepada peserta didik haruslah memberikan kesan kalau guru
benar –benar menjadi panutan bagi siswanya. Dan gaya bicara guru di masyarakat
diharapkan memiliki karakteristik tersendiri yang sedikit banyak berbeda dengan
orang lain yang bukan guru. Misi yang diemban guru adalah misi kemanusiaan.
Mengajar dan mendidik adalah tugas kemanusiaan manusia. Guru harus mempunyai
kompetensi sosial karena guru adalah penceramah jaman.Menurut Djam’an Satori
(2007), kompetensi sosial adalah sebagai beriku.Terampil berkomunikasi dengan
peserta didik dan orang tua peserta didik.
- Bersikap simpatik.
- Dapat bekerja sama dengan Dewan Pendidikan/Komite Sekolah.
- Pandai bergaul dengan kawan sekerja dan mitra pendidikan.
- Memahami dunia sekitarnya (lingkungan).
Sedangkan
menurut Mukhlas Samani (2008:6) yang dimaksud dengan kompetensi sosial ialah
kemampuan individu sebagai bagian masyarakat yang mencakup kemampuan untuk;
- Berkomunikasi lisan, tulisan, dan/atau isyarat.
- Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional.
- Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua/wali peserta didik.
- Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan norma serta sistem nilai yang berlaku.
- Menerapkan prinsip-prinsip persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan.
Berdasarkan
pengertian hubungan sosial seperti tersebut di atas maka inti dari pada
kompetensi sosial itu adalah kemampuan guru melakukan interaksi sosial melalui
komunikasi. Guru dituntut berkomunikasi dengan sesame guru, siswa, orang tua
siswa, dan masyarakat sekitar, dll. Jadi guru dituntut mengenal banyak kelompok
sosial seperti kelompok bermain, kelompok kerjasama, alim ulama, pengajian,
remaja, dll.
Pengertian
interaksi sosial ini amat berguna dalam memperhatikan dan mempelajari berbagai
masalah masyarakat, termasuk masalah pembelajaran. Tanpa interaksi sosial
mungkin terjadi kehidupan bersama yang terwujud dalam pergaulan. Pergaulan
hidup memang terjadi apabila para anggota masyarakat bekerja sama, saling
berbicara, saling berbagi pengalaman, bahkan juga saling besaing dan
berselisih. Interaksi sosial merupakan dasar proses sosial sebagai satu
pengertian yang mengacu kepada hubungan-hubungan sosial yang dinamis
Pendidikan sebagai proses pembudayaan masih mengasumsikan adanya hubungan interpersonal atau hubungan tatap muka yang akan menggunakan sarana-sarana komunikasi baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Oleh sebab itu didalam gerakan reformasi pendidikan nasional dewasa ini makna tradisi lisan akan tetap memegang peranan penting di dalam kelanjutan praksis pendidikan dan kelanjutan kebudayaan.
12. Guru Kasar dalam arti ringan tangan dan
kaki
Sikap otoriter yang mengatur setiap perbuatan
anak, bila perlu dengan paksaan dan hukuman, tidak mendidik anak menjadi
manusia merdeka yang demokratis yang sanggup berdiri sendiri. Sikap pendidik
yang terlampau otoriter hanya akan menyebabkan gangguan mental bagi murid
muridnya.
Tugas guru yang paling utama adalah mengajar dan
mendidik. Sebagai pengajar guru merupakan peranan aktif (medium) antara peserta didik dengan ilmu pengetahuan. Mengenai tugas guru, ahli-ahli pendidikan
Islam juga ahli pendidikan Barat telah sepakat bahwa tugas guru ialah mendidik.
Mendidik adalah tugas yang amat luas. Mendidik itu sebagian dilakukan dalam
bentuk mengajar, sebagian dalam bentuk memberikan dorongan, memuji, menghukum,
memberi contoh, membiasakan, dan lain-lain. Secara umum dapat
dikatakan bahwa tugas dan tanggungjawab yang harus dilaksanakan oleh guru
adalah mengajak orang lain berbuat baik. Tugas tersebut identik dengan dakwah
islamiyah yang bertujuan mengajak umat Islam untuk berbuat baik. Di dalam
Al-Qur’an Ali Imran ayat 104 Allah berfirman:
Artinya: “Dan hendaklah di
antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyeru kepada yang
ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, mereka itulah orang-orang yang
beruntung.
Pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan anak
bangsa. Berbagai upaya pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan telah
dilaksanakan walaupun belum menunjukkan hasil yang optimal.
Pendidikan tidak bisa lepas dari siswa atau peserta
didik. Siswa merupakan subyek didik yang harus diakui keberadaannya. Berbagai
karakter siswa dan potensi dalam dirinya tidak boleh diabaikan begitu saja.
Tugas utama guru mendidik dan mengembangkan potensi itu.Jika ada pendidik
(guru) yang sikap dan perilakunya menyimpang karena dipengaruhi beberapa
faktor.
Pertama, adanya malpraktek (meminjam istilah Prof.
Mungin) yaitu melakukan praktek yang salah, miskonsep. Guru salah dalam
menerapkan hukuman pada siswa. Apapun alasannya tidakan kekerasan maupun
pencabulan guru terhadap siswa merupakan suatu pelanggaran.
Kedua, kurang siapnya guru maupun siswa secara fisik,
mental, maupun emosional. Kesiapan fisik, mental, dan emosional guru maupun
siswa sangat diperlukan. Jika kedua belah pihak siap secara fisik, mental dan
emosional, proses belajar mengajar akan lancar, interaksi siswa dan guru akan
terjalin harmonis layaknya orang tua dengan anaknya.
Ketiga,
kurangnya penanaman budi pekerti di sekolah. Pelajaran budi pekerti sekarang
ini sudah tidak ada lagi. Kalaupun ada sifatnya hanya sebagai pelengkap,
lantaran diintegrasikan dengan berbagai mata pelajaran yang ada. Namun realits
di lapangan pelajaran yang didapat siswanya kebanyakan hanya dijejali berbagai
materi, sehingga nilai-nilai budi pekerti yang harus diajarkan justru
dilupakan.
Selain dari ketiga faktor di atas, juga dipengaruhi
oleh tipe-tipe kejiwaan seperti yang diungkapkan Plato dalam “Tipologo Plato” ,
bahwa fungsi jiwa ada tiga, yaitu: pikiran, kemauan, dan perasaan. Pikiran
berkedudukandi kepala, kemauan berkedudukan di dada, dan perasaan berkedudukan
di dalam tubuh bagian paling bawah. Atas perbedaan tersebut Plato juga
membedakan bahwa pikiran itu sumber kebijaksanaan, kemauan, sumber keberanian,
dan perasaan sumber kekutan menahan hawa nafsu.
Jika pikiran, kemauan, dan perasaan tidak sinkron akan
timbul permasalahan. Perasaan tidak akan dapat mengendalikan hawa nafsu,
akibatnya kemauan tidak terkendali dan pikiran tidak akan berpikir biak. Agar
pendidikan di Indonesia berhasil, paling tidak pendidik memahami faktor-faktor
tersebut. Kemudian mengantisipasinya dengan baik. Sehingga kesalahan-kesalahan
guru dalam sikap dan perilaku dihindar.
Selain itu, makna guru dalam pendidikan
Islam, menurut Ahmad Tafsir, siapa saja yang bertanggung jawab terhadap
perkembangan anak didik. Dalam Islam, orang yang paling bertanggung jawab
tersebut adalah orangtua (ayah dan ibu) anak didik. Tanggung jawab itu
disebabkan sekurang-kurangnya oleh dua hak :
Pertama
karena kodrat, yaitu :
karena orangtua ditakdirkan menjadi orangtua
anaknya, dan karena itu dia ditakdirkan pula bertanggung jawab mendidik anaknya.
Kedua karena kepentingan orangtua, yaitu :
Orangtua berkepentingan terhadap kemajuan
perkembangan anaknya, sukses anaknya adalah sukses orangtua juga.
13. Guru memakai Pengeras suara saat Mengajar
Alangkah lebaynya bahasa gaul’ anak
sekarang bila melihat gambar diatas. Guru yang berpakaian rapi ,dalam
menyampaikan materi menggunakan mikropon atau pengeras suara, seolah – olah
mengajar di tengah – tangah hutan rimba. Bisa dibayangkan betapa sakitnya telinga
– telinga siswanya.
Gagne (dalam Atwi Suparman,1991;8)
mengatakan bahwa sistem instruksional adalah suatu set peristiwa yang
memperngaruhi siswa sehingga terjadi proses belajar mengajar.[4] Suatu set peristiwa itu
mungkin digerakkan oleh guru atau pengajar sehingga disebut pengajaran mungkin
pula digerakkan oleh siswa sendiri dengan menggunakkan buku, gambar,program
televisi atau kombinasi berbagai media. Baik digerakkan oleh guru maupun
digerakkan oleh siswa sendiri, kegiatan itu haruslah terencana secara
sistematik untuk dapat disebut kegiatan instruksional. Jadi, pengajaran adalah
salah satu bentuk kegiatan yang instruksional.
Proses pembelajaran harus diciptakan dalam
situasi belajar yang aman, nyaman, dan kondusif. Dengan situasi kelas yang aman
dan nyaman akan membuat siswa termotivasi dalam menerima pembelajaran dari
guru. Hal ini akan menghasilkan respon positip dari siswa terhadap pembelajaran
di kelas. Sedangkan kondisi yang ramai dan tidak nyaman akan menimbulkan
kebosanan dan ketakutan siswa, hal ini siswa tidak akan merespon materi yang
diberikan oleh guru. Sehingga proses
pembelajaran ini tidak akan berhasil pada tujuan yang ingin dicapai oleh guru.
Dalam proses pembelajaran, peserta didik
merupakan subjek yang pro aktif dan ikut menentukan keberhasilan proses
yang berlangsung. Untuk itu peserta didik perlu dilibatkan secara aktif
dalam menetapkan sistem pembelajaran. Sehingga guru akan mendapatkan sistem
pembelajaran yang tepat sesuai dengan minat, motivasi, kebiasaan, dan cara belajar
peserta didik.
Sistem pembelajaran merupakan proses yang
berlangsung secara berkesinambungan dari awal hingga berakhirnya proses
pembelajaran. Untuk itu sebelum memulai pembelajaran guru perlu terlebih
dahulu menyusun desain pembelajaran yang tepat sesuai dengan minat, motivasi,
dan kebiasaan siswa.
Proses belajar mengajar merupakan inti
dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan
utama. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung
serangkaian perbuatan guru dan pelajar atas dasar hubungan timbal balik yang
berlansung dalam suasana belajar untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau
hubungan timbal balik antara guru dan pelajar merupakan syarat utama bagi
berlansungnya proses belajar mengajar. Interaksi dalam proses belajar mengajar
mempunyai arti yang lebih luas, tidak sekedar hubungan antara guru dengan
siswa, tetapi berupa interaksi educative.
14.
Guru memukul siswa dalam Bertanya
Tak jarang guru menjadi otoriter dan
menggunakan kekuasaannya untuk mencapai tujuannya tanpa lebih jauh
mempertimbangkan akibatnya bagi anak, khususnya bagi perkembangan pribadinya.
Segala sesuatu yang ekstrim akhirnya
menemui kesulitan. Oleh sebab itu guru hendaknya jangan melupakan kedua aspek, yaitu mengajar (mentrnsfer perkembangan
intelektual) dan mendidik peserta didiknya agar menjadi manusia yang
intelektual. Peserta didik bukan sebuah botol yang serba sama yang harus kita
isi dengan minuman atau zat lain, melainkan makhluk hidup yang dapat bereaksi
positif maupun negatip terhadap ransangan – ransangan yang diterimanya. Agar
proses belajar berhasil baik tiap peserta didik harus mendapat perhatian dan
bantuan dari gurunya.
Pemerintah sering melakukan upaya untuk meningkatkan
kualitas guru, antara lain, melalui seminar, pelatihan, dan lokakarya, bahkan
melalui pendidikan formal bahkan dengan menyekolahkan guru pada tingkat yang
lebih tinggi. Kendatipun dalam pelaksanaannya masih jauh dari harapan, dan
banyak penyimpangan, namun paling tidak telah menghasilkan suatu kondisi yang
menunjukkan bahwa sebagian guru memiliki ijazah perguruan tinggi.
Ahmad Tafsir membagi tugas-tugas yang
dilaksanakan oleh guru antara lain adalah:
1. Wajib mengemukakan pembawaan yang ada pada
anak dengan berbagai cara seperti observasi, wawancara, melalui pergaulan,
angket dan sebagainya.
2. Berusaha menolong anak didik mengembangkan
pembawaan yang baik dan menekankan pembawaan yang buruk agar tidak berkembang.
3. Memperlihatkan kepada anak didik tugas orang
dewasa dengan cara memperkenalkan kepada anak didik tugas orang dewasa dengan
cara memperkenalkan berbagai keahlian, keterampilan, agar anak didik
memilikinya dengan cepat.
4. Mengadakan evaluasi setiap waktu untuk
mengetahui apakah perkembangan anak didik berjalan dengan baik.
5. Memberikan bimbingan dan penyuluhan tatkala
anak didik melalui kesulitan dalam mengembangkan potensinya.
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan di atas dapat
diketahui tugas guru bukan hanya mengajar atau menyampaikan kewajiban kepada
anak didik, akan tetapi juga membimbing mereka secara keseluruhan sehingga
terbentuk kepribadian muslim
15. Guru
Menerangkan Pelajaran Sambil merokok
Merokok adalah salah satu kegiatan yang
jelek, karena ini akan menimbulkan bahaya bagi si guru dan muridnya. Merokok di
depan murid adalah contoh yang tak baik bagi murid. Bila guru merokok di kelas
yang memiliki AC, dan asap rokok itu akan merusak paru – paru semua anggota
siswa yang berada di ruangan tersebut. Siapa yang menderita ,semua merugikan
kesehatan baik bagi guru tersebut maupun bagi siswanya.
Menurut
Achmad Sanusi (1991) mengungkapkan kompetensi sosial mencakup kemampuan untuk
menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja dan lingkungan sekitar pada waktu
membawakan tugasnya sebagai guru. Keseriusan guru dalam memberi materi
pelajaran harus diikuti dengan tingkah lakunya yang mendukung proses kegiatan
belajar mengajar. Bila seperti gambar diatas guru mengajar dengan menghisap
rokok. Siswa akan meniru gayanya diluar kegiatan belajar.
Sebagai pendidik, seorang guru dituntut untuk
bertingkah laku sesuai dengan profesinya. Sedikit saja kelakuan yang menyimpang
dari guru , tak luput dari pandangan peserta didiknya, semua kegiatan yang
menyimpang ini akan senantiasa diikuti oleh peserta didiknya.
Masyarakat
dalam proses pembangunan sekarang ini menganggap guru sebagai anggota
masyarakat yang memiliki kemampuan, keterampilan yang cukup luas, yang mau ikut
serta secara aktif dalam proses pembangunan. Dan masyarakat pun akan selalu
mengikuti kegiatan dan penampilan guru. Karena selama ini mengganggap seorang
pendidik itu semua kegiatan atau aktivitasnya baik di dalam maupun di luar
kelas adalah panutan bagi mereka. Dan mereka akan mencontoh apapun yang
ditampilkan oleh guru.
Guru diharapkan menjadi pelopor di dalam
pelaksanaan pembangunan. Guru perlu menyadari posisinya di tengah-tengah
masyarakat berperan sangat penting, yakni sebagai;1) motivator dan innovator
dalam pembangunan pendidikan, 2) perintis dan pelopor pendidikan. 3) peneliti
dan pengkaji ilmu pengetahuan, 4) pengabdian.
Untuk itu,
sebagai guru harus menyadari apa yang akan terjadi bila memberikan contoh jelek
bagi masyarakat. Dan masyarakat tidak akan mengganggap mereka mendukung
pembangunan. kemampuan guru untuk menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja di
lingkungan sekitar pada waktu membawakan tugasnya sebagai guru. Peran yang
dibawa guru dalam masyarakat berbeda dengan profesi lain. Oleh karena itu,
perhatian yang diberikan masyarakat terhadap guru pun berbeda dan ada
kekhususan terutama adanya tuntutan untuk menjadi pelopor pembangunan di daerah
tempat guru tinggal.
16.
Guru Berpakaian Compang Camping
Berpakaian
comping camping adalah pakaian yang biasa dipakai oleh para pengemis di
jalan raya. Karena mereka tak ada lagi memiliki pakaian yang baru, bagus dan
rapi, layaknya orang – orang yang mampu. Akan tetapi bila pakaian compang
camping itu dikenakan oleh guru dalam memberi materi atau ketika berhadapan
dengan peserta didiknya, alangkah memalukan profesinya sendiri.
Setiap guru mempunyai pribadi masing-masing sesuai
ciri-ciri pribadi yang mereka miliki. Ciri-ciri inilah yang membedakan seorang
guru dengan guru yang lainnya. Kepribadian sebenarnya adalah satu masalah yang
abstrak, hanya dapat dilihat dari penampilan, tindakan, ucapan, cara
berpakaian, dan dalam menghadapi setiap persoalan.
Penampilan sangat penting bagi seorang
guru, sebagai pendidik seorang guru harus menjaga penampilan mereka. Seperti
gambar diatas, guru pria berpakaian compang camping masuk ke kelas dan memberi pelajaran.
Suasana kelas menjadi riuh ada yang ketawa, senyum, dan ada yang berdiskusi.
Guru harus mampu berpakaian rapi, bersih dan berenergi dalam mengajar.
Pakaian
merupakan penutup aurat kita jadi harus kita perhatiakan dengan baik dan
kita paduan biar sesuai dengan suasana hati. Kaos kaki robek saja menjadi
perhatian anak apalagi berpakaian robek.
Pakaian menentukan kepribadian
seseorang. Baik dan rapi seseorang
maka orang di sekitar akan menilai dia sangat berwibawa. Begitupun
sebaliknya, bila seseorang berpakaian compang camping maka akan rendahlah
penilaian orang terhadapnya.
Dalam proses pembelajaran, peserta didik
merupakan subjek yang pro aktif dan ikut menilai penampilan gurunya
ketika proses pembelajaran yang berlangsung. Untuk itu peserta didik
perlu dilibatkan secara aktif dalam menetapkan sistem pembelajaran. Sehingga
guru akan mendapatkan respon yang tepat sesuai dengan minat, motivasi,
kebiasaan, dan cara berpakaiannya peserta didik.
Menurut Saiful Bahri Djamarah sebagaimana
yang dikutip oleh Martinis dan Maisah, secara keseluruhan guru adalah figur
yang menarik perhatian semua orang, entah dalam keluarga, dalam masyarakat atau
disekolah. Tidak seorang pun yang tidak mengenal guru, hal ini dikarenakan
figur guru itu bermacam-macam seperti guru silat, guru mengaji, guru mata
pelajaran dan lain-lain. Semua pun dinilai dalam setiap penampilannya yang
sanga bersahaja dan cara berpakaiannya. Ki.Hajar Dewantara menyebutkan sosok
guru sebagai tut wuri handayani, ing madyo mangun karso, ing ngarso sung
tulodo.
17. Guru berpakaian Sexi
Memberi teladan kepada anak-anak
didik tidak hanya melalui sikap, tetapi harus pula dibarengi dengan
penampilannya ketika berada di depan kelas. Bukan seenaknya berpenampilan,
sepeti guru wanita yang berpakaian mini atau sexi ke kelas, atau berdandan
menor pada saat mengajar. Hal ini, akan menambah ilmu pengetahuan baru (pikiran
dan pendapat lain dari muridnya).
Guru yang bersikap baik tetapi memiliki
penampilan yang tidak sesuai dengan situasi maupun kondisi tidak akan dapat
memberi teladan yang baik kepada para anak didiknya.
Penampilan
guru sebagai seorang guru yang adalah panutan bagi para muridnya sebaiknya
memperhatikan: Pakaian yang dikenakan, pilih yang sederhana, sopan, namun
berkesan baik dan rapi.
- Bagi guru wanita, pilih make up yang wajar dan menarik, tetapi tidak "menor" (jangan berlebihan). Sebaiknya guru wanita juga tidak memakai perhiasan yang berlebihan ketika mengajar atau suatu acara atau upacara yang diadakan di sekolah setiap hari atau minggunya (bila ada kegiatan di sekolah).
- Sesaat mengajar, jangan "sibuk" atau "mencari kesibukan", baik dengan bersenda-gurau dengan guru lain, atau dengan berjalan hilir mudik. Hal ini akan membuat Anda kelelahan dan kehilangan konsentrasi. Lebih baik Anda duduk tenang, Juga gunakan waktumu untuk memastikan bahwa semua perlengkapan mengajar sudah siap di tempat. Gunakan waktumu juga untuk berbincang-bincang dengan anak-anak
- Jangan lupa Anda harus istirahat secukupnya (tidur secukupnya) dan makan secukupnya sebelum acara/mengajar tersebut. Pastikan Anda pada kondisi "puncak" pada saat Anda memimpin acara/ mengajar di Sekolah tersebut sehingga Anda tampak segar, bersemangat, dan dengan penampilan Anda dapat membangkitkan semangat anak-anak dalam belajar.
- Di dalam kegiatan mengajar di kelas, perhatikan kegiatan – kegiatan murid murid, bilamana ada murid yang masih bingung atau melamun bisa guru dekati dan tanyakan apa kesulitan mereka dan bantu mereka mengerjakan sendiri soal – soal yang telah anda berikan.
18.
Guru Memakai Piyama saat Mengajar
Piyama adalah baju tidur untuk semua
orang, baju piyama biasanya hanya dipakai di rumah tepatnya di ruang tidur. Memakai
piyama berarti kita akan menuju ke kamar tidur. Dan seandainya guru menggunakan
piyama ke sekolah dengan alasan rumah dekat dengan gedung sekolah, guru
tersebut tidak memiliki kompetensi kepribadian.
Setiap guru akan selalu memperhatikan
pakaian yang nomor satu diperhatikan. Bilamana seorang guru seperti contoh
gambar diatas, dengan tersipu memakai baju piyama atau baju tidur dan dengan
sepatu hak tinggi di sekolah, bagaimana siswanya nanti. Hal ini guru benar
–benar tidak profesinal dan tidak bisa menempatkan dimana dia harus berdiri dan
siapa yang dia hadapi.
Memberi teladan kepada anak-anak didik tidak hanya melalui sikap, tetapi harus pula
dibarengi dengan penampilannya ketika berada di depan kelas. Guru yang bersikap
baik tetapi memiliki penampilan yang tidak sesuai dengan situasi maupun kondisi
tidak akan dapat memberi teladan yang baik kepada para anak didik-nya.
Dalam proses pembelajaran, peserta didik
merupakan subjek yang pro aktif dan ikut menentukan keberhasilan proses
yang berlangsung. Untuk itu peserta didik sering menilai penampilan guru.
Sehingga guru akan mendapatkan perhatian yang sangat besar dari siswanya,
kebiasaan guru di depan kelas dan perilaku guru juga menjadi pusat perhatian
dari muridnya, dan cara mengajar menjadi ketertarikan sendiri bagi murid -
muridnya.
Sistem pembelajaran merupakan proses yang
berlangsung secara berkesinambungan dari awal hingga berakhirnya proses
pembelajaran. Untuk itu sebelum memulai pembelajaran guru perlu terlebih
dahulu memperhatikan dan menyadari penampilan yang sesuai dengan norma yang
ada.
Tanggung
jawab spritual dan moral diwujudkan
melalui penampilan guru sebagai makhluk beragama yang prilakunya senantiasa
tidak menyimpang dari norma-norma agama dan moral.[5]
Meyakinkan setiap orang khususnya pada setiap
guru bahwa pekerjaannya sebagai pekerjaan
profesional merupakan upaya pertama yang harus dilakukan dalam rangka
pencapaian standar proses pendidikan sesuai dangan harapan, sebab banyak orang
termasuk guru sendiri yang meragukan
bahwa guru merupakan jabatan profesional. Mengajar bukan hanya sekedar
menyampaikan materi pelajaran, akan tetapi
suatu proses mengubah prilaku siswa sesuai dengan tujuan yang diharapkan
19. Guru memakai sepatu tinggi sebelah
Satu lagi contoh guru yang tidak profesional,
seperti contoh di gambar. Seorang guru
wanita memakai sepatu yang memiliki tinggi sebelah. Bisa dibayangkan
‘alangkah lebay nya guru tersebut’
.
Sepatu adalah alas kaki yang merupakan
nilai tersendiri terhadap guru, bilamana di pakai dengan sesuai. Sepatu
mendukung penampilan seseorang. Bila seorang guru memakai sepatu hak tinggi
sebelah, ini akan mendapat tertawaan dari murid – muridnya.
Latar belakang pendidikan ini mestinya berkorelasi
positif dengan kualitsa pendidikan, bersamaan dengan faktor lain yang
mempengaruhi. Walaupun dalam kenyataannya banyak guru yang melakukan
kesalahan-kesalahan. Kesalahan-kesalahan yang seringkali tidak disadari oleh
guru dalam pembelajaran ada tujuh kesalahan. Kesalahan-kesalahan itu antara
lain: (1) mengambil jalan pintas dalam pelajaran; (2) menunggu peserta didik
berperilaku negatif; (3) menggunakan destructive discipline; (4)
mengabaikan kebutuhan-kebutuhan khusus (perbedaan individu) peserta didik; (5)
merasa diri paling pandai di kelas; (6) tidak adil (diskriminatif) dan kasar;
(7) memaksakan hak peserta didik. (Mulyasa, 2005:20).
Untuk mengatasi
kesalahan-kesalahan tersebut, maka seorang guru yang profesional harus memiliki
empat kompetensi. Kompetensi tersebut tertuang dalam Undang-Undang Dosen dan
Guru, yaitu:
- Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik;
- Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik;
- Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran luas mendalam;
4.
Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk
berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisian dengan peserta didik,
sesama guru, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat
sekitar.Kemampuan/terampil memberikan bantuan dan bimbingan kepada peserta
didik. Bantuan dan bimbingan kepada peserta didik sangat diperlukan agar
peserta didik dapat mengembangkan kemampuannya melalui proses belajar mengajar
di kelas.
20. Guru berpakaian layaknya anak PUNK
Berdasarkan gambar guru datang dengan
tampilan rambut urakan, pakaian ala anak punk, sangatlah tidak sesuai dengan
tugasnya menjadi seorang pendidik.
Perkembangan scene punk, hingga pembuatan situs.Meski
demikian, secara keseluruhan, punk di Indonesia termasuk marak. Profane
perkembangan punk yang menempati peringkat teratas di muka Bumi adalah
Indonesia . Bahwa `Himsa`, band punk asal Amerika sampai dibuat berdecak kagum
menyaksikan antusiasme konser punk di Bandung.
Sekolah adalah
rumah kedua, tempat remaja memperoleh pendidikan formal, dididik dan diasuh
oleh para guru. Dalam lingkungan Punk ,remaja belajar dan berlatih untuk
meningkatkan kemampuan daya pikirnya. Bagi remaja yang sudah menginjak
perguruan tinggi, nampak sekali perubahan perkembangan intelektualitasnya.
Tidak hanya sekedar menerima dari para pengajar, tetapi mereka juga berfikir
kritis atas pelajaran yang diterima dan mampu beradu argumen dengan
pengajarnya.
Dalam
lingkungan sekolah guru memegang peranan yang penting, sebab guru bagaikan
pengganti orang tua. Karena itu diperlukan guru yang arif bijaksana, mau
membimbing dan mendorong anak didik untuk aktiv dan maju, memahami perkembangan
remaja serta seorang yang dapat dijadikan tauladan. Guru menempati tempat
istimewa di dalam kehidupan sebagian besar remaja. Guru adalah orang dewasa yang
berhubungan erat dengan remaja. Dalam pandangan remaja, guru merupakan cerminan
dari alam luar. Remaja percaya bahwa guru merupakan gambaran sosial yang
diharapkan akan sampai kepadanya, dan mereka mengambil guru sebagai contoh dari
masyarakat secara keseluruhan. Dan remaja menyangka bahwa semua orang tua,
kecuali orang tua mereka, berfikir seperti berfikirnya guru-guru mereka.
Profesi seorang guru juga dapat di katakan sebagai penolong orang lain,
karena dia menyampaikan hal-hal yang baik sesuai dengan ajaran Islam agar orang
lain dapat melakasanakan ajaran Islam. Dengan demikian akan tertolonglah orang
lain dalam memahamin ajaran Islam. Musthafa Al-Maraghi mengatakan ”Orang yang
diajak bicara dalam hal ini adalah umat yang mengajak kepada kebaikkan, yang
mempunyai dua tugas, yaitu menyuruh berbuat baik dan melarang berbuat mungkar”[1], Dalam tafsir Al-Azhar,
diterangkan bahwa: “Suatu umat yang menyediakan dirinya untuk mengajak atau
menyeru manusia berbuat kebaikan, menyuruh berbuat yang ma’ruf yaitu, yang
patut, pantas, sopan, dan mencegah dari yang mungkar.[2]
Berdasarkan ayat dan tafsir di atas
dapat dipahami bahwa dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, guru
berkewajiban membantu perkembangan anak menuju kedewasaan yang sesuai dengan
ajaran Islam, apalagi di dalam tujuan pendidikan terkandung unsur tujuan yang
bersifat agamis, yaitu agar terbentuk manusia yang beriman dan bertaqwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Agama datang menuntun manusia dan
memperkenalkan mana yang ma’ruf dan mana yang mungkar, oleh karena itu
hendaklah guru agama menggerakkan siswa kepada yang ma’ruf dan menjauhi yang
mungkar, supaya siswa bertambah tinggi nilainya baik disisi manusia maupun
dihadapan Allah.
Bila diperhatikan secara lebih jauh,
tugas dan tanggung jawab yang mestinya dilaksanakan oleh guru yang telah
dijelaskan pada firman Allah di atas intinya adalah mengajak manusia
melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Menurut M. Ja’far bahwa
“Tugas dan tanggung jawab guru menurut agama Islam dapat diidentifikasikan
sebagai tugas yang harus dilakukan oleh ulama, yaitu menyuruh yang ma’ruf dan
mencegah yang mungkar”.[3] Hal ini
menunjukkan adanya kesamaan tugas yang dilaksanaan guru agama dengan
mubaligh/da’i, melaksanakan tugasnya melalui jalur pendidikan luar jalur
sekolah (non formal). Rasulullah
bersabda:
(و عن عبد الله عمرو بن العاص رضى الله قال : بلغوا عنى ولو آية (رواه البخارى)
Artinya : “Dari Abdullah bin
Amru bin Ash r.a dia berkata: Bersabda Nabi SAW, sampaikanlah dari ajaranku
walaupun satu ayat. (HR. Bukhari)
Berdasarkan hadis di atas
dapat dipahami bahwa tugas dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh
orang yang mengetahui termasuk pendidik/guru adalah menyampaikan apa yang
diketahuinya (ilmu) kepada orang yang tidak mengetahui.
Daoed Yoesoef (1980) menyatakan bahwa seorang guru mempunyai tiga tugas pokok
yaitu tugas profesional, tugas manusiawi, dan tugas kemasyarakatan (sivic
mission). Jika dikaitkan pembahasan tentang kebudayaan, maka tugas pertama
berkaitan dengar logika dan estetika, tugas kedua dan ketiga berkaitan dengan
etika.
Tugas-tugas profesional dari seorang guru yaitu meneruskan atau transmisi ilmu
pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai lain yang sejenis yang belum
diketahui anak dan seharusnya diketahui oleh anak.
Tugas
manusiawi adalah tugas-tugas membantu anak didik agar dapat memenuhi
tugas-tugas utama dan manusia kelak dengan sebaik-baiknya. Tugas-tugas
manusiawi itu adalah transformasi diri, identifikasi diri sendiri dan pengertian
tentang diri sendiri.
Usaha membantu kearah ini seharusnya diberikan dalam rangka pengertian bahwa
manusia hidup dalam satu unit organik dalam keseluruhan integralitasnya seperti
yang telah digambarkan di atas. Hal ini berarti bahwa tugas pertama dan kedua
harus dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu. Guru seharusnya dengan
melalui pendidikan mampu membantu anak didik untuk mengembangkan daya berpikir
atau penalaran sedemikian rupa sehingga mampu untuk turut serta secara kreatif
dalam proses transformasi kebudayaan ke arah keadaban demi perbaikan hidupnya
sendiri dan kehidupan seluruh masyarakat di mana dia hidup.
Tugas kemasyarakatan merupakan konsekuensi guru sebagai warga negara yang baik,
turut mengemban dan melaksanakan apa-apa yang telah digariskan oleh bangsa dan
negara lewat UUD 1945 dan GBHN.
Ketiga tugas guru itu harus dilaksanakan secara bersama-sama dalam kesatuan
organis harmonis dan dinamis. Seorang guru tidak hanya mengajar di dalam kelas
saja tetapi seorang guru harus mampu menjadi katalisator, motivator dan
dinamisator pembangunan tempat di mana ia bertempat tinggal.
Ketiga tugas ini jika dipandang dari
segi anak didik maka guru harus memberikan nilai-nilai yang berisi pengetahuan
masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang, pilihan nilai hidup dan
praktek-praktek komunikasi. Pengetahuan yang kita berikan kepada anak didik
harus mampu membuat anak didik itu pada akhimya mampu memilih nilai-nilai hidup
yang semakin komplek dan harus mampu membuat anak didik berkomunikasi dengan
sesamanya di dalam masyarakat, oleh karena anak didik ini tidak akan hidup
mengasingkan diri. Kita mengetahui cara manusia berkomunikasi dengan orang lain
tidak hanya melalui bahasa tetapi dapat juga melalui gerak, berupa tari-tarian,
melalui suara (lagu, nyanyian), dapat melalui warna dan garis-garis
(lukisan-lukisan), melalui bentuk berupa ukiran, atau melalui simbul-simbul dan
tanda tanda yang biasanya disebut rumus-rumus.
Ahmad Tafsir membagi
tugas-tugas yang dilaksanakan oleh guru antara lain adalah:
1. Wajib mengemukakan
pembawaan yang ada pada anak dengan berbagai cara seperti observasi, wawancara,
melalui pergaulan, angket dan sebagainya.
2. Berusaha menolong anak
didik mengembangkan pembawaan yang baik dan menekankan pembawaan yang buruk
agar tidak berkembang.
3. Memperlihatkan kepada anak
didik tugas orang dewasa dengan cara memperkenalkan kepada anak didik tugas
orang dewasa dengan cara memperkenalkan berbagai keahlian, keterampilan, agar
anak didik memilikinya dengan cepat.
4. Mengadakan evaluasi setiap
waktu untuk mengetahui apakah perkembangan anak didik berjalan dengan baik.
5. Memberikan bimbingan dan
penyuluhan tatkala anak didik melalui kesulitan dalam mengembangkan potensinya.
21. Guru sering menguap saat mengajar
Menguap adalah gerakan mulut yang
menyatakan sesorang mengantuk dan kurang tidur. Gerakan menguap di depan murid
yang dilakukan berkali – kali akan menurunkan aktivitas seorang guru dan juga
mengurangi penilaian tentang seorang guru.
Di mata murid guru adalah orang yang hebat
dan sempurna yang patut di bisa menjadi contoh. Bila menguap sekali bisa jadi
biasa manusia ada lelahnya. Tetapi bila menguap yang mengganggu aktivitas
mengajar guru,dan menjadi sosok yang malas dinilai oleh siswa. Jadi
kesimpulannya sebelum seorang guru mengajar, hendaklah benar-benar
mempersiapkan dirinya untuk mengajar, tidur yang cukup dan makan makanan yang
bergizi agar ketika mengajar bisa kelihatan segar di mata siswanya. Bila hal
ini dilakukan oleh guru maka akan menjadi guru yang ideal bagi peserta
didiknya.
Guru ideal adalah sosok yang senantiasa
menjadi dambaan peserta didik, menjadi panutan dan selalu memberikan
keteladanan. Guru ideal adalah yang menguasai ilmunya dengan baik sehingga
mampu mengelola pembelajaran yang bermakna. Guru mampu memberikan yang terbaik
untuk anak didiknya. Dia disukai oleh murid-muridnya karena cara mengajarnya
menarik dan mudah dipahami. Dia pun terbuka menerima kritikan dari peserta
didiknya, karena dari kritik itulah dia belajar dari para peserta didiknya.
Dari mereka guru dapat mengetahui kekurangan cara mengajarnya, dan melakukan
umpan balik (feedback).
Untuk menjaga orisinalitasnya, kata-kata
tersebut ditampilkan sesuai aslinya dan diurut berdasarkan frekuensi jawaban
siswa. Dan inilah pendapat mereka tentang sosok guru ideal :
Baik hati Tidak suka marah-marah, ramah ,murah
senyum ,tidak membanding-bandingkan antar siswa ,cara mengajarnya menyenangkan ,tidak
pilih kasih, dapat memberikan materi yang mudah diserap oleh muridnya, tegas,humoris/lucu
,disiplin dalam mengajar, tapi tidak membuat siswa tegang.
Guru tidak terlambat masuk mengajar (tepat
waktu). Santai dalam mengajar siswanya dan mengeluarkan bahasa dengan kata-katanya halus, tidak menyinggung, Sabar
menghadapi murid yang nakal memperhatikan murid . Selalu memberikan tugas agar
siswa rajin belajar di rumah menerima curhat dari siswa memberikan kompetensi
dasar kepada siswa, agar siswa mengetahui dan mempelajari materi yang akan
dipelajari di sekolah tidak merokok saat mengajar menuntun siswa yang kurang
dalam pelajaran pintar selalu memberikan
arahan sebelum dan sesudah mengajar
senang jika murid bertanya Pengertian Beriman Berwibawa Membuat siswa
menjadi rukun Mengajar tanpa kata lelah Data di atas menunjukkan bahwa siswa
lebih mengedepankan aspek kepribadian dibanding kemampuan intelegensi. kriteria
guru ideal yang pintar hanya menempati urutan ke-22 (ditulis 2 siswa). Saatnya
guru-guru meningkatkan kecerdasan emosionalnya agar dapat menjadi guru ideal
bagi siswa, sehingga pada gilirannya tercipta suasana pembelajaran yang aktif,
kreatif, efektif, dan menyenangkan.
22. GURU TIDAK MENGUASAI MATERI
Guru harus menguasai bahan pelajaran itu
dengan sepenuhnya, serta menyukai dan mengetahui pemakaian dan manfaatnya bagi
kehidupan anak sekarang atau kemudian hari dan bagi manusia umumnya.
1.
Syarat-syarat Guru Profesional / Guru Ideal
a. Guru
yang memahami dan menghormati murid
Mengajar adalah hubungan
antar manusia. Guru senagai manusia menghadapi murd sebagai manusia juga, bukan
sebagai makhluk yang lebih rendah darinya. Guru yang demokratis akan lebih
banyak membicarakan dan mempertimbangkan sesuatu dengan anak
b. Menghormati
bahan pelajaran yang diberikan
Guru harus menguasai bahan
pelajaran itu dengan sepenuhnya, serta menyukai dan mengetahui pemakaian dan
manfaatnya bagi kehidupan anak sekarang atau kemudian hari dan bagi manusia
umumnya
c. Menyesuaikan
metode mengajar dengan bahan pelajaran
d. Menyesuaikan
bahan pelajaran dengan kesanggupan individu
Kesanggupan anak-anak dalam
berbagai hal berbeda-beda, biasanya guru mencoba menyesuaikan pelajaran dengan
kesanggupan rata-rata didalam kelas itu
e. Mengaktifkan
murid dalam hal belajar
“Learning by doing” .
Sesuatu itu akan lebih berhasil kita pelajari bila kita
melakukannya
f. Memberi
pengertian dan bukan kata-kata belaka
Salah satu penyakit yang
terbesar disekolah ialah verbalisme
yakni anak mengenal kata0kata tetapi tidak menyelami artinya, anak dapat
mengatakan pelajaran diluar kepala akan tetapi tidak memahami isinya. Dengan
kata-kata justru kita kuasai alam sekitar
g. Guru
menghubungkan pelajaran dengan kebutuhan muri
h. Guru
mempunyai tujuan tertentu dengan tiap pelajaran yang diberikan
Tujuan umum tidak dapat
dicapai sekaligus, akan tetapi harus melalui langkah-langkah tertentu yakni melalui
tujuan khusus
i. Guru
jangan terkait dengan satu buku pelajaran (texbook)
j. Guru
yang baik tidak hanya mengajar dalam arti menyampaikan pengetahuan saja kepada
murid melainkan senantiasa mengembangkan pribadi anak.[6]
Menurut Surya dan Hadianto sebagaimana
yang dikutip oleh Martinis dan Maisah, bahwa karekteristik citra guru yang
ideal itu adalah :
a.
Memiliki semangat juang yang
tinggi disertai kualitas keimanan dan ketaqwaan yang mantap
b.
Mampu mewujudkan dirinya dalam keterkaitan dan
pendanaan dengan tuntutan lingkungan dan perkembangan IPTEK
c.
Mampu belajar dan bekerja
sama dengan profesi lain
d.
Memiliki etos kera yang kuat
e.
Memiliki kejelasan dan
kepastian perkembangan jenjang karier
f.
Berjiwa proesional yang
tinggi
g.
Memiliki kesejahteraan lahir
dan bathin, material dan non material
h.
Memiliki wawasan masa depan
i.
Mampu melaksanakan fungsi
dan peranannyasecara terpadu.[7]
Jadi intinya guru yang profesional
adalah guru yang ideal dan guru yang bermutu yang merupakan dambaan bagi semua
orang, dan banyak cara yang dilakukan oleh perorangan guru dan lembaga untuk
meningkatkan mutu guru, seperti melalui
peningkatan jenjang akademis, workshop, penataran, peningkatan kinerja, studi
banding dan lain sebagainya. Penambahan pengetahuan dan pengalaman dapar
mengangkat mutu guru, artinya mereka harus selalu mengembangkan kapasitas
dirinya selaku guru untuk menjadi panutan, menjadi contoh, tempat bertanya dan
berdiskusi. Hal yang penting bagi guru yang profesional adalah harus mampu
mendesain pembelajaran.
Menurut Martinis dan Maisah, guru yang
ideal sebagai guru profesional wajib
memiliki keahlian dalam :
1. Mendesain
pembelajaran
2. Mengembangkan
pembelajaran
3. Melaksanakan
pembelajaran
4. Menguasai
materi pembelajaran
5. Berinovasi
dalam pembelajaran
6. Menguasai
komunikasi pembelajaran
7. Kompetnsi
keguruan
8. Memotivasi
siwa
9. Mempergunakan
strategi pembelajaran
10. Mempergunakan
metode dan media pembelajaran
11. Melaksanakan
penilaian siswa
Lebih lanjut Martinis menjelaskan, bahwa
guru bukan hanya sebagai pengajar materi yang mengisi kognitif siswa, tetapi
juga sebagai pendidik yang mampu membimbing dan mengembangkan siswa sesuai dengan bakat masing-masing.
Didalam kelas terdiri dari tipe dan
kemampuan siswa yang berbeda-beda, oleh sebab itu tugas pendidik mengupaya
mengembangkan siswa berdasarkan kemampuan yang dimiliki nya masing-masing dari
segi kognitif, apektif dan psikomotorik. Disamping itu guru sabagai pelatih,
bertugas melatih psikomotorik dan apeksi siswa sehingga siswa betul-betul
berkembang seimbang antara kognitif,apektif dan psikomotoriknya.[8]
2. Pekerjaan
guru sebagai jabatan profesional
Menurut Surya sebagaimana yang dikutip
Kunandar :
·
Guru yang profesional akan
tercermin dalam pelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan
keahlian, baik dalam materi maupun metode.
·
Selain itu, juga ditunjukkan
melalui tanggung jawabnya dalam melaksanakan seluruh pengabdiannya.
·
Guru yang profesional
hendaknya mampu memikul dan melaksanakan tanggungnjawab sebagai guru kepada
peserta didik, orangtua, masyarakat, bangsa, negara,dan agamanya.
·
Guru profesional mempunyai
tanggung jawab pribadi , sosial, intelekual, moral dan spritual.
-
Tanggung jawab pribadi yang
mandiri yang mampu memahami dirinya, mengelola
dirinya, mengendalikan dirinya dan menghargai dirinya.
-
Tanggung jawab sosial
diwujudkan melalui kompoetensi guru dalam memahami dirinya sebagai bagian yang
tak terpisahkan dari lingkungan sosial serta memiliki kemampuan interaktif yang
aktif.
-
Tanggung jawab intelektual
diwujudkan melalui penguasaan berbagai perangkat pengetahuan dan keterampilan
yang diperlukan untuk menunjang tugas-tugasnya.
-
Tanggung jawab spritual dan moral diwujudkan melalui
penampilan guru sebagai makhluk beragama yang prilakunya senantiasa tidak
menyimpang dari norma-norma agama dan moral.[9]
Meyakinkan setiap orang khususnya pada
setiap guru bahwa pekerjaannya sebagai pekerjaan profesional merupakan upaya pertama yang
harus dilakukan dalam rangka pencapaian standar proses pendidikan sesuai dangan
harapan, sebab banyak orang termasuk guru sendiri yang meragukan bahwa guru merupakan jabatan profesional.
Mengajar bukan hanya sekedar menyampaikan materi pelajaran, akan tetapi suatu proses mengubah prilaku
siswa sesuai dengan tujuan yang diharapkan, membimbing siswa agar berkembang
sesuai dengan tugas-tugas perkembangan, melatih keterampilan baik keterampilan
intelektual maupun keterampilan motorik.
Untuk meyakinkan bahwa guru sebagai
pekerjaan profesional, kita tinjau syarat-syarat atau ciri pokok dari pekerjaan
profesional :
a. Pekerjaan
profesional ditunjang oleh suatu ilmu tertentu secara mendalam yang hanya mungkin diperoleh dari lembaga-lembaga
pendidikan yang sesuai, sehingga kinerjanya didasarkan kepada keilmuan yang
dimilikinya yang dapat dipertanggung
jawabkan secara ilmiah.
b. Suatu
profesi menekankan kepada suatu keahlian dalam bidang tertentu yang spesifik
sesuai dengan jenis profesinya, sehingga
antara profesi yang satu dengan yang lainnyadapat dipisahkan secara
tegas
c. Tingkat
kemampuan dan keahlian suatu profesi didasarkan kepada latar belakang
pendidikan yang dialaminya yang diakui oleh masyarakat, sehingga semakin tinggi
latar belakang pendidikan akademik sesuai dengan profesinya, semakin tinggi
pula tingkat keahliannya, dengan demikian semakin tinggi pula tingkat
penghargaan yang diterimanya.
Suatu profesi selain dibutuhkan oleh
masyarakat juga memiliki dampak terhadap sosial kemasyarakatan, sehingga
masyarakat memiliki kepekaan yang sangat tinggi terhadap setiap efek yang
ditimbulkannya dari pekerjaan profesinya itu.
[1] S.Nasution,Berbagai Pendekatan
Dalam Proses Belajar dan Mengajar, (Jakarta; PT Bumi Aksara,2003)h.41
[2] Ibid
[3] Martinis yamin,Desain
Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan (Gaung Persada,2009)h2.
[4] Martinis Yamin,Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan
(Jakarta:GP2009)h18
[5]Kunandar, Guru Profesional......., h. 47-48
[6] S.Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar, (Jakarta, PT.Bumi Aksara,
2010), ed.2 cet.4 h. 8-13
[8] Martinis dan Maisah, Standarisasi......h. 35-36
[9]Kunandar, Guru Profesional......., h. 47-48
Tidak ada komentar:
Posting Komentar