Senin, 16 Juli 2012

tugas semester


PENDAHULUAN
Kalau kita melihat sejarah terdahulu, bahkan pada zaman penjajahan sekalipun, kedudukan dan profesi guru sangat disegani dan dimuliakan. Dapat dilihat dari penampilan yang sangat dikenal dan ditiru oleh setiap orang khusus muridnya, dan tingkah lakunya yang sangat disegani oleh yang melihat dan mengenalnya. Dalam berbagai kegiatan, baik kegiatan kemasyarakatan maupun kenegaraan, para guru selalu ditempatkan pada posisi terdepan. Bahkan, dalam perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia pun guru selalu berada pada garda terdepan untuk menunjukkan kecintaannya terhadap tanah air dan rakyat Indonesia.
Seperti yang kita ketahui, Panglima Besar Jenderal Sudirman, Imam Bonjol, dan Ki Hajar Dewantara pun adalah seorang guru yang disegani. Guru merupakan sosok yang begitu dihormati lantaran memili andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Ketika orang tua mendaftarkan anaknya ke sekolah, pada saat itu juga ia menaruh harapan terhadap guru, agar anaknya dapat berkembang secara optimal (Mulyasa, 2005:10). Masalahnya yang penting adalah mengapa guru itu dikatakan sebagai pendidik. Guru memang seorang pendidik, sebab dalam pekerjaannya ia tidak hanya mengajar seseorang agar tahu beberapa hal, tetapi guru juga mengalihkan beberapa keterampilan dan terutama sikap mental anak didik. Mendidik sikap mental seseotan tidak cukup hanya mengajar sesuatu pengetahuan tetapi bagaimana pengetahuan itu harus dididikkan/diajarkan, dengan guru sebagai idolanya.
Berdasarkan pendahuluan di atas dapat kita lihat gambar penampilan dan aktivitas guru yang tidak pantas untuk ditiru dan diteladani.

                                                                                             





1.  PENAMPILAN DAN AKTIVITAS GURU DI DALAM KELAS,DALAM
     TEMA GAMBAR MEMBERI KUNCI JAWABAN KEPADA MURID.
A.   Penampilan guru
Berdasarkan gambar di atas dapat kita lihat penampilan seorang guru di depan muridnya, cukup rapi dengan kemeja biru pakai dasi dan celana panjang hitam, kumis tipis rambut sedikit panjang tapi tidak mengganggu penampilannya. Dengan memberi senyum dan duduk yang sopan, serta peralatan mengajar yang cukup modern. Dapat kita lihat, ada laptop yang mendukung materi pelajaran yang akan diberikan olehnya. Terpajang infokus yang lengkap dengan alat pendukung pelaksanaan pengajaran cukup menyakinan bagi kitanyang melihatnya alangkah hebatnya guru ini.
Akan tetapi dapatkah kita lihat lagi apa yang sebenarnya akan diberikan oleh guru yang berjenis kelamin pria ini. Adakah yang salah pada guru ini, baiklah mari kita lihat pada aktivitas atau kegiatan guru ini di dalam kelas.

B.   Aktivitas guru di dalam kelas
Sebuah istilah yang menjadi slogan guru sebagai cerminan bagi anak didik “guru kencing berdiri, murid kencing berlari”, memberikan pesan moral kepada guru agar bertindak dengan penuh pertimbangan. Ketiga guru jangan salahkan murid ketika berperilaku lebih dari apa yang guru menanamkan nilai dan contoh karakter dan sifat yang tidak baik, maka lakukan. Seperti kelakuan bejat guru ketika membocorkan jawaban Ujian Nasional sebagai upaya menolong kelulusan anak didiknya. Memang murid pada saat itu senang, karena mendapatkan jawaban untuk mempermudah mereka lulus. Akan tetapi, saat itu juga guru telah menanamkan ketidakpercayaan murid terhadap guru. Dan pada saatnya nanti mereka akan jauh lebih berbuat lebih bejat lagi ketimbang saat ini yang guru lakukan.
Setelah penulis lihat dengan seksama apa yang dilakukan oleh guru di gambar, penulis membuat kesimpulan tentang guru tersebut. Sangatlah memprihatinkan pendidikan yang terjadi di kelas .Guru memberikan jawaban pada muridnya, pada saat ujian terjadi,bagaimana tingkah laku murid – muridnya nanti sebagai anak bangsa.Karena guru menjadi figur sentra dalam dunia pendidikan, khususnya dalam proses belajar mengajar (PBM), maka setiap guru diharapkan memiliki karakteristik (ciri khas) kepribadian yang ideal sesuai dengan persyaratan yang bersifat psikologis-pedagogis.
Guru adalah ujung tombak pendidikan, sementara birokrasi pendidikan hanyalah sebagai motivator untuk meningkatkan kecerdasan dan kreatifitas peserta didik (murid).Salah satu kegiatan paling penting dalam penyelenggaraan pendidikan adalah meningkatkan dan menjaga mutu pendidikan. Sebagai suatu sistem yang terdiri dari input, proses, dan output, maka yang dimaksud dengan mutu pendidikan dalam hal ini ialah mutu output dari sistem pendidikan tersebut yang wujudnya adalah perkembangan atau kemajuan pada diri murid. Ini berarti bahwa suatu sistem  pendidikan dengan input yang bagus, maka ia adalah sistem pendidikan yang bermutu rendah.
Begitu pula halnya, meskipun seratus persen anak didik telah mengikuti ujian dan lulus, tetapi jika kualifikasi atau mutu lulusannya sangat rendah, tentu tidak dapat dikatakan sistem pendidikan tersebut bermutu.Mengapa demikian ? Karena yang mengerjakan soal – soal ujian nasional bukan murid – muridnya sebagaimana mestinya. Tetapi gurunya sendiri, hal ini, sangat menyentuh hati kita akan keadaan pendidikan sekarang. Bagaimana sistem pendidikan (sekolah) dikatakan efektif dan bermutu ? jika lulusannya mencapai tingkat perkembangan yang tidak baik dan tidak menguasai semua mata pelajaran yang diajarkan dengan baik sesuai dengan standar yang ditetapkan. Dan pendidikan dikatakan sangat efektif bila  para siswa lulusan mampu mencapai tingkat perkembangan yang baik dan mampu menguasai semua mata pelajaran yang telah mereka dapatkan dari gurunya sesuai dengan standar yang ditetapkan.
 Salah satu poisi kunci untuk mewujudkan upaya tersebut di atas adalah pengawasan akademik. Yang dimaksud di sini adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang yang diposisikan sebagai pengawas, yang tugas pokoknya adalah memantau, mengendalikan, dan memberikan bantuan agar tujuan pengajaran dapat tercapai secara optimal. Seperti lazimnya kegiatan pengawasan (supervisi), maka hakekatnya dari pengawasan adalah pengendalian dan kontrol.


2.         TEMA GURU BERPAKAIAN TIDAK SOPAN SAAT MENGAJAR
            Penampilan guru berdasarkan gambar di atas memakai baju kaos dan celana pendek. Guru duduk dengan dua kaki di atas meja dan memakai sandal jepit. Sepertinya guru mendengar musik dan asyik chatting . Gaya asyik guru ini, dilihat oleh muridnya, materi pelajaran apa tak bisa penulis bayangkan bila hal ini terjadi di kelas kita. Penampilan guru sangatlah menggarisi kewibawaannya. Kita tahu kalo kehormatan seseorang dilihat dengan penampilannya sehari – hari.
Guru merupakan sosok yang begitu dihormati lantaran memilih andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Ketika orang tua mendaftarkan anaknya ke sekolah, pada saat itu juga ia menaruh harapan terhadap guru, agar anaknya dapat berkembang secara optimal (Mulyasa, 2005:10).
Seseorang dikatakan sebagai guru tidak cukup tahu suatu materi yang akan diajarkan, tetapi pertama kali harus merupakan seseorang yang memang memiliki kepribadian guru, dengan segala ciri tingkat kedewasaannya. Dengan kata lain bahwa untuk menjadi guru atau pendidik, seseorang harus berpribadi. (Sardiman A.M., 1992:135).
Masalahnya yang penting adalah mengapa guru itu dikatakan sebagai pendidik. Guru memang seorang pendidik, sebab dalam pekerjaannya ia tidak hanya mengajar seseorang agar tahu beberapa hal, tetapi guru juga mengalihkan beberapa keterampilan dan terutama sikap mental anak didik. Mendidik sikap mental seseorang tidak cukup hanya mengajar sesuatu pengetahuan tetapi bagaimana pengetahuan itu harus dididikkan/diajarkan, dengan guru sebagai idolanya.
Minat, bakat, kemampuan, dan potensi peserta didik tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan guru. Dalam kaitan ini guru perlu memperhatikan peserta didik secara individual. Tuga guru tidak hanya mengajar, namun juga mendidik, mengasuh, membimbing, dan membentuk kepribadian siswa guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM).
Dengan mendidik dan menanamkan nilai-nilai yang terkandung pada berbagai pengetahuan yang dibarengi dengan contoh-contoh teladan dari sikap dan tingkah laku gurunya, diharapkan anak didik/siswa dapat menghayati dan kemudian miliknya, sehingga dapat menumbuhkan sikap mental. Jadi tugas seorang guru bukan sekedar menumpahkan semua ilmu pengetahuan tetapi juga mendidik seseorang menjadi warga negara yang baik, menjadi seseorang yang berperilaku baik dan utuh. Mendidik berarti mentransfer nilai-nilai kepada siswanya. Nilai-nilai tersebut harus diwujudkan dalam tingkah laku sehari-hari. Oleh karena itu pribadi guru itu sendiri merupakan perwujudan dan nilai-nilai yang akan ditransfer. Mendidik adalah mengantarkan anak didik agar menemukan dirinya, menemukan kemanusiaannya. Mendidik adalah memanusiakan manusia. (Sardiman A.M., 1992:136).
3. GURU TIDAK ADIL DALAM MEMBERI PENILAIAN
            Guru sangat berkompeten dalam memberi penilaian pada peserta didik. Penilaian sangat berarti untuk melihat kemajuan pembelajaran peserta didik. Bila dalam pemberian nilai mengalami ketidakadilan dalam pemberian nilai pada anak. Maka akan terjadi kemunduran pada anak didik . Dalam proses pembelajaran, peserta didik merupakan subjek yang pro aktif dan ikut  menentukan keberhasilan proses yang berlangsung. 
Untuk itu peserta didik perlu dilibatkan secara aktif dalam menetapkan sistem pembelajaran. Sehingga guru akan mendapatkan sistem pembelajaran yang tepat sesuai dengan minat, motivasi, kebiasaan, dan cara belajar peserta didik.Sistem pembelajaran merupakan proses yang berlangsung secara berkesinambungan dari awal hingga berakhirnya proses pembelajaran.  Di akhir proses pembelajaran guru akan tahu, seberapa jauh perkembangan kemajuan anak didiknya pada materi yang beliau berikan. Dan juga seberapa tingkat kesulitan yang mereka temukan dalam materi yang diajarkan.
Kelemahan pengajaran kita ialah kurangnya usaha guru memberi perhatian kepada perbedaan individual, sehingga selalu jumlah terbesar dari murid – murid tak sampai mencapai penguasaan penuh atas bahan pelajaran tertentu. Pada saat anak itu baru mencapai pemahaman setengah – setengah guru telah beralih kepada bahan yang bbaru, yang juga tak dapat dikuasainya karena kekurangan dalam bahan apersepsinya[1].
Secara ideal setiap anak harus mempunyai seorang guru khusus, seorang guru yang mengajarnya sesuai dengan kebutuhan dan bakat anak. Menyediakan seorang guru untuk setiap anak tentu tidak mungkin karena biaya yang sangat besar. Bantuan individual didapat anak dari orang tua atau saudara dan kerabatnya. Bantuan ini sangat besar manfaatnya. Anak dapat menanyakan hal-hal yang kurang dipahaminya sampai ia benar – benar mengerti. Ada guru yang tidak memberi kesempatan bertanya, bahkan merasa jengkel kalau murid bertanya karena tidak mengerti walaupun telah diterangkan oleh guru. Guru sendiri tidak berusaha untuk menyelami di mana letak kesulitan anak secara individual dan menganggap bahwa semua anak harus mengerti, walaupun hanya sebagian kecil saja, yang sudah mengerti. Selain itu tak ada hasrat atau tekad guru agar semua murid menguasai bahan yang diajarkannya sepenuhnya. Ia merasa puas bila sebagian dari murid mengerti apa yang diterangkannya. Tak terpikirkan olehnya bahwa semua murid dapat menguasai pelajaran.






4. Guru Gaptek
    Pengajaran berprograma yang diciptakan oleh Skinner dan dimodifikasikan oleh Crowder, pada prinsipnya terdiri atas langkah – langkah – langkah yang tersusun menurut urutan – urutan yang membawa murid dari apa yang harus diketahinya[2].
Komputer digunakan sekaigus oleh sejumlah besar pelajar/peserta didik, masing-masing tugas tersendiri, maju menurut kecepatan masing-masing, pada saat yang bersamaan mengambil test diagnostik yang berbeda-beda. Komputer  mampu melaksanakan management systems. Tugas utama komputer :
1.    Menscore test,
2.    Mendiagnosis kelemahan siswa
3.    Membagi kegiatan yang akan dilakukan
4.    Menulis laporan tentang hasil belajar siswa.
Komputer dapat memberi laporan tertulis kepada guru tentang, nama siswa,tugas yang sedang dikerjakan siswa,tujuan yang harus dicapai dengan tugas tersebut, dan hasil belajar murid yaitu score yang diambilnya. Komputer juga dapat memberi keterangan, tentang jumlah siswa yang mengerjakan unit tertentu serta proporsi siswa yang telah berhasil dalam test tertentu.
Dengan bantuan komputer banyak pekerjaan guru yang mendapat keringanan, bahkan ada yang sama sekali tak perlu dilakukan lagi oleh guru sendiri.
Komputer (internet melalui IT) dapat membantu dalam memberikan informasi tentang berbagai hal yang diperlukan oleh murid atau tenaga pengajar, misalnya tentang tiap bidang study, akan tetapi juga mengenai topik – topik tertentu seperti soal polusi, urbanisasi, kependudukkan,dan sebagainya.
Tidak hanya Komputer, IT dan audio visual lain harus dikuasai oleh guru guru agar tidak ketinggalan jauh dari murid muridnya. Di era globalisasi ini,IT sangat berperan dalam proses belajar mengajar, bagaimana jadinya bila IT tidak dikuasai oleh guru, maka akan pupuslah pembentukan manusia modern di negara ini. Mengapa begitu ? karena guru harus memiliki desain pembelajaran yang dibuat melalui IT. Mungkin video,film, internet dan lain sebagainya yang telah dikenalkan oleh guru.
Guru harus berperan sebagai fasilitator dengan cara memotivasi peserta didik agar peserta didik memiliki keingintahuan, kesibukan terhadap gagasan baru dan. Kalau tidak maka dapat dipastikan peserta didik akan cepat bosan dalam mengikuti proses pembelajaran. Melaui IT, semua informasi, model pembelajaran telah dimiliki guru bila beliau menguasai IT.




5.  Guru Tidak Berpengalaman Dalam Mengajar
     Perkembangan dan perubahan pendidikan yang maju menuntut kita mempersiapi diri menjadi tenaga yang siap pakai. Tenaga pengajar dituntut untuk mengembangkan kemampuan dirinya dengan pengetahuan, keterampilan, dan keahlian agar guru tidak tergilas dengan majunya pendidikan, dalam situasi bagaimanapun sang guru tetap menjadi kemudi untuk mencapai masyarakat madani.
Guru di dalam dunia pendidikan ibarat seorang pengemudi kendaraan, apakah legalitas pengemudinya sudah diakui sesuai armadanya. Demikian juga sang pengemudi harus dituntut, memiliki pengetahuan tentang armadanya dan fungsi armada yang dikemudinya,tidak hanya dituntut pengetahuan, akan tetapi sejauh mana jam terbang atau pengalamannya,sebab pengalaman merupakan guru yang paling berharga.
Demikian pula guru, mereka harus memahami dan mengetahui pengetahuan tentang belajar dan mengajar dari segi teori  dan praktek. Bila tidak memiliki pemahaman ini, maka akan salah fungsi  akan mengakibatkan tidak tercapainya suatu tujuan pendidikan nasional. Oleh sebab itu guru harus berkualitas dan berkompetensi sebagaimana UU RI No 14 tahun 2005 BAB IV pasal 10 (ayat 1) ‘ Kompetensi guru sebagaimana pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional melalui pendidikan professi[3].
Telah berabad-abad silam wahyu diturunkan kepada Rasulallah SAW diantaranya perlu manusia diatas bumi ini meningkatkan kualitasnya. Pada satu ayat menceritakan perang Badar ; “ sekolmpok manusia yang berkualitas dengan jumlah yang sedikit mampu mengalahkan kelompok yang banyak jumlah orangnya, dan kelompok itu tidak memiliki kualitas”, di dalam tafsir Al-Qur’an dijelaskan tentara orang islam sebanyak 313 orang mampu mengalahkan tentara orang kafir sebanyak 1000 orang.
Guru – guru tidak hanya menerima apa – apa yang tersirat di buku mata pelajaran saja, pembelajaran harus terlaksana sesuai tujuan kurikulum yang berlaku. Seseorang guru yang mengajar tanpa menetapkan tujuan instruksional dn mengajar tanpa pedoman ibarat nakhoda berlayar tanpa mepergunakan kompas yang mengakibatkan meraba – raba menentukan tujuan yang hendak dicapai.
Intinya guru harus bersikap matang atau siap dalam mengajar, memiliki keterampilan dan mampu berinteraksi dengan lingkungan. Jadi sebelum dia memutuskan untuk siap , dia harus belajar untuk mendapati sebuah pengalaman. Guru dapat saja belajar melalui pengalaman di berbagai tempat, sarana, sumber yang memungkinkan untuk mengubah perilakunya, yang sebelumnya tidak tahu, sekarang menjadi lebih tahu dan mengerti lantaran berinteraksi dengan lingkungannya.
Pengalaman merupakan suatu informasi yang didapatkan melalui empirik ( penglihatan,pendengaran,penciuman, rasa dan perabaan) yang akan menjadi pengetahuan seseorang.
6.    Guru Pemarah
Sikap dan perilaku seperti ini timbul karena gurunya killer. Proses belajar mengajar dilakukan dengan siatuasi yang kaku dan tegang. Jadi belajar seperti ini, bukannya siswa sadar dan tertarik pada pelajaran tapi ada ketakutan yang berlebihan memiliki kelas yang mencekam.
Seseorang dikatakan sebagai guru tidak cukup tahu suatu materi yang akan diajarakan, tetapi pertama kali harus merupakan seseorang yang memang memiliki kepribadian guru, dengan segala ciri tingkat kedewasaannya. Dengan kata lain bahwa untuk menjadi guru atau pendidik, seseorang harus berpribadi. (Sardiman A.M., 1992:135).
Masalahnya yang penting adalah mengapa guru itu dikatakan sebagai pendidik. Guru memang seorang pendidik, sebab dalam pekerjaannya ia tidak hanya mengajar seseorang agar tahu beberapa hal, tetapi guru juga mengalihkan beberapa keterampilan dan terutama sikap mental anak didik. Mendidik sikap mental seseotan tidak cukup hanya mengajar sesuatu pengetahuan tetapi bagaimana pengetahuan itu harus dididikkan/diajarkan, dengan guru sebagai idolanya.
Dunia pendidikan yang seharusnya penuh dengan kasih sayang, tempat untuk belajar dengan moral, budi pekerti justru sekarang ini dekat dnegan tindak kekerasan dan asusila. Dunia pendidikan seharusnya mencerminkan sikap-sikap intelektual, budi pekerti, dan menjunjung tinggi nilai moral, justru telah dicoreng oleh segelintir oknum pendidikan (guru) yang tidak bertanggung jawab. Realitas ini mengandung pesan bahwa dunia pendidikanharus segera melakukan evaluasi ke dalam.
Sepertinya, sudah waktunya untuk melakukan pelurusan kembali atas pemahakan dalam memposisikan profesi guru.Kesalahan guru dalam memahami profesinya akan mengakibatkan bergesernya fungsi guru secara perlahan-lahan. Pergeseran ini telah menyebabkan dua pihak yang tadinya sama-sama membawa kepentingan dan saling membutuhkan, yakni guru dan siswa, menjadi tidak lagi saling membutuhkan. Akibatnya suasana belajar sangat memberatkan, membosankan, dan jauh dari suasana yang membahagiakan. Dari sinilah konflik demi konflik muncul sehingga pihak-pihak di dalamnya mudah frustasi lantas mudah melampiaskan kegundahannya dengan cara-cara yang tidak benar. Guru masa depan bangsa kita, masyarakat kita, sangat membutuhkan para guru-guru yang mampu mengangkat citra pendidikan kita terkesan sudah carut-marut, dan seperti benang kusut. Sehingga bagaimana harus dimulai, kapan dan siapa yang memulainya, dan dari mana harus dimulaiJika kita masing-masing menyadari, memiliki rasa kepedulian, mau berbagi rasa, atau kalaulah mau kita ber-tepo seliro, maka pendidikan kita seperti disebutkan di atas, akan dapat dianulir. Oleh sebab itu semua ktia memiliki satu persepsi, satu langkah dan satu tujuan sebagaimana kita berusaha mengangkat citra pendidikan tersebut, menjadi pendidikan bermutu, dan tentunya diharapkan mampu untuk mengangkat peringkat dan citra pendidikan termasuk terendah di Asia.

7.    Guru datang terlambat mengajar

Kehadiran guru dalam proses belajar mengajar (PBM) masih tetap memegang peranan yang sangat penting. Peranan guru dalam PBM tidak bisa digantikan oleh mesin-mesin komputer yang moderen sekalipun. Masih terlalu banyak unsur manusiawi, sikap, sistem nilai, perasaan, motivasi, kebiasaan dan lain-lain.
Pemapanan kepribadian guru menuju guru profesional adalah salah satu cara yang tepat untuk bangkit dalam keterbenaman. Dan itu membutuhkan waktu dan perangkat yang cukup matang. Guru benar – benar harus diguguh dan ditiru oleh setiap muridnya.Pendidikan dan guru laksana dua sisi mata uang, sama-sama penting dan saling bergantung. Pendidikan yang baik hanya dapat terwujud, manakala dilengkapi dengan guru-guru yang berkualitas, kreatif, berintegritas tinggi , bertanggung jawab dan demokratis.
Ketepatan waktu saat memberi pelajaran harus diperhatikan bagi guru. Bila guru datang terlambat disebabkan suatu hal yang tak bisa dihindari, seperti : kendaraan bermasalah, sakit, rapat dan lain sebagai yang benar – benar tak bisa dihindari mungkin boleh saja dimaafkan. Akan tetapi keterlambatan atau kealpaan guru dalam mengajar karena disengaja sangatlah merugikan anak didik.
Tanggung jawab dalam mengembangkan profesi pada dasarnya ialah tuntutan dan panggilan untuk selalu mencintai, menghargai, menjaga dan meningkatkan tugas dan tanggung jawab profesinya. Guru harus sadar bahwa tugas dan tanggung jawabnya tidak bisa dilakukan orang lain, kecuali oleh dirinya.
Demikian pula ia harus sadar bahwa dalam melaksanakan tugas selalu dituntuk untuk bersungguh-sungguh dan bukan pekerjaan sambilan. Guru harus sadar bahwa yang dianggap baik dan benar saat ini, belum tentu benar di masa yang akan datang.
Oleh karena itu guru dituntut agar selalu meningkatkan pengetahuan, kemampuan dalam rangka pelaksanaan tugas profesinya, ia harus peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi khususnya dalam bidang perndidikan dan pada masyarakat pada umumnya. Kehadirannya di dalam kelas harus tepat waktu dan begitu juga dalam memberi pelajaran pada peserta didiknya. Tanggung jawab guru pada profesinya sebagai pendidik harus diperaninya dengan baik.
Tanggung jawab dalam mengembangkan profesi pada dasarnya ialah tuntutan dan panggilan untuk selalu mencintai, menghargai, menjaga dan meningkatkan tugas dan tanggung jawab profesinya. Guru harus sadar bahwa tugas dan tanggung jawabnya tidak bisa dilakukan orang lain, kecuali oleh dirinya.
Demikian pula ia harus sadar bahwa dalam melaksanakan tugas selalu dituntuk untuk bersungguh-sungguh dan bukan pekerjaan sambilan. Guru harus sadar bahwa yang dianggap baik dan benar saat ini, belum tentu benar di masa yang akan datang. Oleh karena itu guru dituntut agar selalu meningkatkan pengetahuan, kemampuan dalam rangka pelaksanaan tugas profesinya, ia harus peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi khususnya dalam bidang perndidikan dan pada masyarakat pada umumnya.
8.    Guru angkuh dan sok tahu
Menurut penuturan R. Tantiningsih, ada beberapa upaya yang dapat dilakukan agar beberapa sikap dan perilaku menyimpang dalam dunia pendidikan dapat dihindari, di antaranya: pertama, menyiapkan tenaga pendidikan yang benar-benar profesional yang dapat menghormati siswa secara utuh. Kedua, guru merupakan key succes dalam keberhasilan budi pekerti. Dari guru siswa dapat mendapatkan action exercise dari pembelajaran yang diberikan. Guru sebagai panutan hendaknya menjaga image dalam bersikap dan berperilaku jauhkan dari prilaku sombong, angkuh, dan sok tahu. Ketiga, budi pekerti dijadikan mata pelajaran khusus di sekolah. Keempat, adanya kerjasama dan interaksi yang erat antara siswa, guru (sekolah), dan orang tua.
Terkait dengan hal tersebut, hasil temuan dari Universitas Havard bahwa 85 % dari sebab kesuksesan, pencapaian sasaran, promosi jabatan, dan lain-lain adalah karena sikap-sikap seseorang. Hanya 15 % disebabkan oleh keahlian atau kompetensi teknis yang dimiliki. (Ronnie, 2005:62).
Namun sayangnya justru kemampuan yang bersifat teknis ini yang menjadi primadona dalam institusi pendidikan yang dianggap modern sekarang ini. Bahkan kompetensi teknis ini dijadikan basis utama dari proses belajar mengajar. Jelas hal ini bukan merupakan solusi, bahkan akan membuat permasalahan semakin menjadi. Semakin menggelembung dan semakin sulit diatasi. Semakin seseorang mendapat jabatan yang tinggi penghargaan terhadap dirinya menjadi jauh lebih tinggi dan mahal, hal ini membuat mereka berlaku sedikit sombong.
Menurut Danni Ronnie M. ada enam belas pilar agar guru dapat mengajar dengan hati. Keenam belas pilar tersebut menekankan pada sikap dan perilaku pendidik untuk mengembangkan potensi peserta didik. Enam belas pilar pembentukan karakter  yang harus dimiliki seorang uru, antara lain: (1) kasih sayang; (2) penghargaan; (3) pemberian ruang untuk mengembangkan diri; (4) kepercayaan; (5) kerjasama; (6) saling berbagi; (7) saling memotivasi; (8) saling mendengarkan; (9) saling berinteraksi secara positif; (10) saling menanamkan nilai-nilai moral; (11) saling meningatkan dengan ketulusan hati; (12) saling menularkan antusiasme; (13) saling menggali potensi diri ; (14) saling mengajari dengan kerendahan hati; (15) saling menginspirasi; (16) saling menghormati perbedaan.
Jika para pendidik menyadari dan memiliki menerapkan 16 pilar pembangunan karakter tersebut jelas akan memberikan memberikan sumbangsih yang luar biasa kepada masyarakat dan negaranya.
Dengan demikian sikap dan perilaku guru yang telah diuraikan di atas, merupakan gambaran mengenai sikap dan perilaku guru teladan yang menjadi dambaan setiap orang terutama siswa dan orang tua siswa. Guru - guru harus memahami dan menjalankan prilaku teladan pada peserta didik mereka.




9.      Guru chat saat mengajar
Guru dituntut untuk mengikuti kemajuan jaman, mengenal teknologi moderen dan kemajuan metode – metode pengajaran yang baru. Akan tetapi bukan membuat guru semakin terlena dengan mengikuti kemajuan ini sehingga melupakan tugas dan kewajibannya sebagai pendidik.
Seperti di dalam gambar diperlihatkan seorang guru sibuk dengan teman face booknya, sehingga anak terlantar dan tidak mendapat materi baru dari gurunya. Hal ini, akan menyebabkan tidak berjalannya proses pembelajaran. Kalau keadaan di kelas seperti ini bagaimana materi akan berkembang di pemikiran anak – anak didik.
Guru harus berperan sebagai fasilitator dengan cara memotivasi peserta didik agar peserta didik memiliki keingintahuan, kesibukan terhadap gagasan baru dan pemahaman materi akan meningkatkan kemampuan berpikir siswa. Bukan berarti guru harus menyibukan diri dengan kegiatan sendiri. Guru harus memikirkan dirinya sendiri. Kalau tidak maka dapat dipastikan peserta didik akan cepat bosan dalam mengikuti proses pembelajaran. Siswa akan menilai guru tidak mampu mengajar.
Guru harus mampu mengatasi kelas dengan menguasai materi dan memberi motivasi pada peserta didik untuk mewujudkan suatu perilaku untuk memenuhi suatu keinginan atau kebutuhannya. Perilaku manusia pada dasarnya berorientasi pada tujuan, yaitu dimotivasi oleh keinginan untuk mencapai tujuan tertentu. Kuatnya motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam kehidupan lainnya.
Guru merupakan penentu keberhasilan pendidikan melalui kinerjanya pada tataran institusional dan eksperiensial, sehingga upaya meningkatkan mutu pendidikan harus dimulai dari aspek “guru” dan tenaga kependidikan lainnya yang menyangkut kualitas keprofesionalannya maupun kesejahtraan dalam satu manajemen pendidikan yang professional.
Pada waktu seorang guru mempersiapkan dirinya untuk mengajar, sedang mengajar maupun setelah mengajar,ada beberapa hal utama yang menjadi perhatian :
1.    Kesadaran dan kepercayaan diri ( dimana guru berada, seberapa besar kemampuan guru dan bagaimana tanggapan serta perasaan siswa tentang guru) hal ini harus disadari oleh guru.
2.    Keterampilan – keterampilan dasar yang diperlukan dalam mengajar
3.    Keterampilan menggunakan variasi dalam mengajar
4.    Keterampilan melibatkan siswa dalam proses belajar
5.    Keterampilan dalam mengelola kelas
Keterampilan – keterampilan dasar ini harus dikuasai oleh guru dan justru inilah sebenarnya yang merupakan kebutuhan mereka di dalam menunjang tugas mereka di dalam kelas. Dan mereka perlu mengetahui kelemahan – kelemahan dan kekurangan - kekurangan mereka .
10.  Guru tidak sopan di dalam kelas

Penampilan guru yang seronok atau tidak sopan, seperti di dalam gambar, memakai sandal jepit, baju kaos, celana jeans dan cara duduk dengan kaki diangkat, sangatlah tidak sopan. Hal ini tidak mencerminkan citra seorang guru yang digugu dan ditiru. Keangkuhan guru sangat menonjol berdasarkan gambar.
Kepribadian adalah keseluruhan dari individu yang terdiri dari unsur psikis dan fisik. Dalam makna demikian, seluruh sikap dan perbuatan seseorang merupakan satu gambaran dari kepribadian orang itu, asal dilakukan secara sadar. Dan perbuatan baik sering dikatakan bahwa seseorang itu mempunyai kepribadian baik atau berakhlak mulia. Sebaliknya, bila seseorang melakukan sikap dan perbuatan yang tidak baik menurut pandangan masyarakat, maka dikatakan orang itu tidak mempunyai kepribadian baik atau tidak berakhlak mulia. Dengan kata lain, baik atau tidaknya citra seorang guru ditentukan oleh kepribadian. Lebih lagi bagi seorang guru, masalah kepribadian merupakan faktor yang menentukan terhadap keberhasilan melaksanakan tugas sebagai pendidik. Kepribadian dapat menentukan apakah guru menjadi pendidik dan pembina yang baik ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi hari depan siswa terutama bagi siswa yang masih kecil dan mereka yang mengalami kegoncangan jiwa.
Kepribadian adalah unsur yang menentukan interaksi guru dengan siswa sebagai teladan, guru harus memiliki kepribadian yang dapat dijadikan profil dan idola, seluruh kehidupan adalah figur yang paripurna. Itulah kesan guru sebagai sosok ideal. Guru adalah mitrasiswa dalam kebaikan. Dengan guru yang baik maka siswa pun akan menjadi baik. Tidak ada seorang guru pun yang bermaksud menjerumuskan siswanya ke lembah kenistaan. Guru adalah spiritual father atau bapak rohani bagi seorang siswa, karena ia yang memberikan santapan rohani dan pendidikan akhlak, memberikan jalan kebenaran. Maka menghormati guru berarti menghormati siswa, menghargai guru berarti penghargaan terhadap anak-anak bangsa.
Pendidikan yang dilaksanakan oleh guru dalam proses pembelajaran di sekolah dan masyarakat memerlukan kompetensi dalam arti luas yaitu standar kemampuan yang diperlukan untuk menggambarkan kualifikasi seseorang baik secara kualitatif maupun kuantitatif dalam melaksanakan tugasnya. Kompetensi kepribadian guru mencakup sikap (attitude), nilai-niai (value), kepribadian (personality) sebagai elemen perilaku (behaviour) dalam kaitannya dengan performance yang ideal sesuai dengan bidang pekerjaan yang dilandasi oleh latar belakang pendidikan, peningkatan kemampuan dan pelatihan, serta legalitas kewenangan mengajar. Berikut ini adalah beberapa pengertian tentang kompetensi kepribadian antara lain adalah sebagai berikut.
  1. Yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian di dalam Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005, pada pasal 28, ayat 3 ialah  kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.
  2. Menurut Samani, Mukhlas (2008;6) secara rinci kompetensi kepribadian mencakup hal-hal sebagai berikut; a) berakhlak mulia, b) arif dan bijaksana, c) mantap, d) berwibawa, e) stabil, f) dewasa, g) jujur, h) menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat, i) secara objektif mengevaluasi kinerja sendiri, j) mau siap mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.
  3. Menurut Djam’an Satori (2007;2.5) yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian ialah kompetensi yang berkaitan dengan perilaku pribadi guru itu sendiri yang kelak harus memiliki nilai-nilai luhur sehingga terpencar dalam perilaku sehari-hari.
Dari beberapa pengertian seperti tersebut di atas maka yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah kompetensi yang berkaitan dengan tingkah laku pribadi guru itu sendiri yang kelak harus memiliki nilai-nilai luhur sehingga terpantul dalam perilaku sehari-hari. Hal ini dengan sendirinya berkaitan erat dengan falsafah hidup yang mengharapkan guru menjadi model manusia yang memiliki nilai-nilai luhur. Di Indonesia sikap pribadi yang dijiwai oleh filsafat Pancasila yang mengagungkan budaya bangsanya yang rela berkorban bagi kelestarian bangsa dan negaranya termasuk dalam kompetensi kepribadian guru. Dengan demikian pemahaman terhadap kompetensi kepribadian guru harus dimaknai sebagai suatu wujud sosok manusia yang utuh.
Seseorang yang berstatus sebagai guru adakalanya tidak selamanya dapat menjaga wibawa dan citra sebagai guru di mata siswa dan masyarakat. Sehingga masih ada sebagian guru yang mencemarkan wibawa dan citra guru. Di media masa sering diberitakan tentang oknum-oknum guru yang melakukan satu tindakan asusila, asosial, dan amoral. Perbuatan itu tidak sepatutnya dilakukan oleh guru. Karenanya guru harus menjaga citra tersebut.
11.      Guru berbicara kasar
Guru mempunyai kemampuan-kemampuan sebagai berikut:1) Mengaktualisasikan landasan mengajar, 2) Menguasai ilmu mengajar (didaktik metodik), 3) Mengenal siswa, 4) Menguasai teori motivasi, 5) Mengenali lingkungan masyarakat, 6) Menguasai penyusunan kurikulum, 7) Menguasai teknik penyusunan RPP, 8) Menguasai pengetahuan evaluasi pembelajaran, dll.
Guru berdasarkan gambar menunjukkan seorang individu yang kasar dan tidak sopan. Walaupun penampilannya rapi,berdasi dan berpakaian yang sopan, akan tetapi gara bicaranya menunjukkan dia bukan seorang pendidik yang prilaku tidak harus ditiru. Seharusnya dia menyadari apa dan siapa yang dihadapi. Sikap dan prilaku setiap guru sangatlah mendukung penampilan dan kepribadiannya. Bila seorang guru bicara kasar pada murid atau siswanya, bisa dipastikan dia akan dibenci dan kehadirannya sangat tidak diharapkan di dalam kelas.
Setiap guru mempunyai pribadi masing-masing sesuai ciri-ciri pribadi yang mereka miliki. Ciri-ciri inilah yang membedakan seorang guru dengan guru yang lainnya. Kepribadian sebenarnya adalah satu masalah yang abstrak, hanya dapat dilihat dari penampilan, tindakan, ucapan yang santun, cara berpakaian, dan dalam menghadapi setiap persoalan.
Cara guru berkomunikasi di dalam kelas dalam menyampaikan materi kepada peserta didik haruslah memberikan kesan kalau guru benar –benar menjadi panutan bagi siswanya. Dan gaya bicara guru di masyarakat diharapkan memiliki karakteristik tersendiri yang sedikit banyak berbeda dengan orang lain yang bukan guru. Misi yang diemban guru adalah misi kemanusiaan. Mengajar dan mendidik adalah tugas kemanusiaan manusia. Guru harus mempunyai kompetensi sosial karena guru adalah penceramah jaman.Menurut Djam’an Satori (2007), kompetensi sosial adalah sebagai beriku.Terampil berkomunikasi dengan peserta didik dan orang tua peserta didik.
  1. Bersikap simpatik.
  2.  Dapat bekerja sama dengan Dewan Pendidikan/Komite Sekolah.
  3. Pandai bergaul dengan kawan sekerja dan mitra pendidikan.
  4. Memahami dunia sekitarnya (lingkungan).
Sedangkan menurut Mukhlas Samani (2008:6) yang dimaksud dengan kompetensi sosial ialah kemampuan individu sebagai bagian masyarakat yang mencakup kemampuan untuk;
  1. Berkomunikasi lisan, tulisan, dan/atau isyarat.
  2. Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional.
  3. Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua/wali peserta didik.
  4. Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan norma serta sistem nilai yang berlaku.
  5. Menerapkan prinsip-prinsip persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan.
Berdasarkan pengertian hubungan sosial seperti tersebut di atas maka inti dari pada kompetensi sosial itu adalah kemampuan guru melakukan interaksi sosial melalui komunikasi. Guru dituntut berkomunikasi dengan sesame guru, siswa, orang tua siswa, dan masyarakat sekitar, dll. Jadi guru dituntut mengenal banyak kelompok sosial seperti kelompok bermain, kelompok kerjasama, alim ulama, pengajian, remaja, dll.
Pengertian interaksi sosial ini amat berguna dalam memperhatikan dan mempelajari berbagai masalah masyarakat, termasuk masalah pembelajaran. Tanpa interaksi sosial mungkin terjadi kehidupan bersama yang terwujud dalam pergaulan. Pergaulan hidup memang terjadi apabila para anggota masyarakat bekerja sama, saling berbicara, saling berbagi pengalaman, bahkan juga saling besaing dan berselisih. Interaksi sosial merupakan dasar proses sosial sebagai satu pengertian yang mengacu kepada hubungan-hubungan sosial yang dinamis

Pendidikan  sebagai proses pembudayaan masih mengasumsikan adanya hubungan interpersonal atau hubungan tatap muka yang akan menggunakan sarana-sarana komunikasi baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Oleh sebab itu didalam gerakan reformasi pendidikan nasional dewasa ini makna tradisi lisan akan tetap memegang peranan penting di dalam kelanjutan praksis pendidikan  dan kelanjutan kebudayaan.

 

 

 

 

 

 

 

 


12. Guru Kasar dalam arti ringan tangan dan kaki
Sikap otoriter yang mengatur setiap perbuatan anak, bila perlu dengan paksaan dan hukuman, tidak mendidik anak menjadi manusia merdeka yang demokratis yang sanggup berdiri sendiri. Sikap pendidik yang terlampau otoriter hanya akan menyebabkan gangguan mental bagi murid muridnya.
Tugas guru yang paling utama adalah mengajar dan mendidik. Sebagai pengajar guru merupakan peranan aktif (medium) antara peserta didik dengan ilmu pengetahuan. Mengenai tugas guru, ahli-ahli pendidikan Islam juga ahli pendidikan Barat telah sepakat bahwa tugas guru ialah mendidik. Mendidik adalah tugas yang amat luas. Mendidik itu sebagian dilakukan dalam bentuk mengajar, sebagian dalam bentuk memberikan dorongan, memuji, menghukum, memberi contoh, membiasakan, dan lain-lain.    Secara umum dapat dikatakan bahwa tugas dan tanggungjawab yang harus dilaksanakan oleh guru adalah mengajak orang lain berbuat baik. Tugas tersebut identik dengan dakwah islamiyah yang bertujuan mengajak umat Islam untuk berbuat baik. Di dalam Al-Qur’an Ali Imran ayat 104 Allah berfirman:

Artinya: “Dan hendaklah di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, mereka itulah orang-orang yang beruntung.
Pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan anak bangsa. Berbagai upaya pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan telah dilaksanakan walaupun belum menunjukkan hasil yang optimal.
Pendidikan tidak bisa lepas dari siswa atau peserta didik. Siswa merupakan subyek didik yang harus diakui keberadaannya. Berbagai karakter siswa dan potensi dalam dirinya tidak boleh diabaikan begitu saja. Tugas utama guru mendidik dan mengembangkan potensi itu.Jika ada pendidik (guru) yang sikap dan perilakunya menyimpang karena dipengaruhi beberapa faktor.
Pertama, adanya malpraktek (meminjam istilah Prof. Mungin) yaitu melakukan praktek yang salah, miskonsep. Guru salah dalam menerapkan hukuman pada siswa. Apapun alasannya tidakan kekerasan maupun pencabulan guru terhadap siswa merupakan suatu pelanggaran.
Kedua, kurang siapnya guru maupun siswa secara fisik, mental, maupun emosional. Kesiapan fisik, mental, dan emosional guru maupun siswa sangat diperlukan. Jika kedua belah pihak siap secara fisik, mental dan emosional, proses belajar mengajar akan lancar, interaksi siswa dan guru akan terjalin harmonis layaknya orang tua dengan anaknya.
 Ketiga, kurangnya penanaman budi pekerti di sekolah. Pelajaran budi pekerti sekarang ini sudah tidak ada lagi. Kalaupun ada sifatnya hanya sebagai pelengkap, lantaran diintegrasikan dengan berbagai mata pelajaran yang ada. Namun realits di lapangan pelajaran yang didapat siswanya kebanyakan hanya dijejali berbagai materi, sehingga nilai-nilai budi pekerti yang harus diajarkan justru dilupakan.

Selain dari ketiga faktor di atas, juga dipengaruhi oleh tipe-tipe kejiwaan seperti yang diungkapkan Plato dalam “Tipologo Plato” , bahwa fungsi jiwa ada tiga, yaitu: pikiran, kemauan, dan perasaan. Pikiran berkedudukandi kepala, kemauan berkedudukan di dada, dan perasaan berkedudukan di dalam tubuh bagian paling bawah. Atas perbedaan tersebut Plato juga membedakan bahwa pikiran itu sumber kebijaksanaan, kemauan, sumber keberanian, dan perasaan sumber kekutan menahan hawa nafsu.
Jika pikiran, kemauan, dan perasaan tidak sinkron akan timbul permasalahan. Perasaan tidak akan dapat mengendalikan hawa nafsu, akibatnya kemauan tidak terkendali dan pikiran tidak akan berpikir biak. Agar pendidikan di Indonesia berhasil, paling tidak pendidik memahami faktor-faktor tersebut. Kemudian mengantisipasinya dengan baik. Sehingga kesalahan-kesalahan guru dalam sikap dan perilaku dihindar.
Selain itu, makna guru dalam pendidikan Islam, menurut Ahmad Tafsir, siapa saja yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik. Dalam Islam, orang yang paling bertanggung jawab tersebut adalah orangtua (ayah dan ibu) anak didik. Tanggung jawab itu disebabkan sekurang-kurangnya oleh dua hak :
Pertama  karena kodrat, yaitu :
karena orangtua ditakdirkan menjadi orangtua anaknya, dan karena itu dia ditakdirkan pula bertanggung jawab mendidik anaknya.
Kedua karena kepentingan orangtua, yaitu :
Orangtua berkepentingan terhadap kemajuan perkembangan anaknya, sukses anaknya adalah sukses orangtua juga.

13.  Guru memakai Pengeras suara saat Mengajar
Alangkah lebaynya bahasa gaul’ anak sekarang bila melihat gambar diatas. Guru yang berpakaian rapi ,dalam menyampaikan materi menggunakan mikropon atau pengeras suara, seolah – olah mengajar di tengah – tangah hutan rimba. Bisa dibayangkan betapa sakitnya telinga – telinga siswanya.
Gagne (dalam Atwi Suparman,1991;8) mengatakan bahwa sistem instruksional adalah suatu set peristiwa yang memperngaruhi siswa sehingga terjadi proses belajar mengajar.[4] Suatu set peristiwa itu mungkin digerakkan oleh guru atau pengajar sehingga disebut pengajaran mungkin pula digerakkan oleh siswa sendiri dengan menggunakkan buku, gambar,program televisi atau kombinasi berbagai media. Baik digerakkan oleh guru maupun digerakkan oleh siswa sendiri, kegiatan itu haruslah terencana secara sistematik untuk dapat disebut kegiatan instruksional. Jadi, pengajaran adalah salah satu bentuk kegiatan yang instruksional.
Proses pembelajaran harus diciptakan dalam situasi belajar yang aman, nyaman, dan kondusif. Dengan situasi kelas yang aman dan nyaman akan membuat siswa termotivasi dalam menerima pembelajaran dari guru. Hal ini akan menghasilkan respon positip dari siswa terhadap pembelajaran di kelas. Sedangkan kondisi yang ramai dan tidak nyaman akan menimbulkan kebosanan dan ketakutan siswa, hal ini siswa tidak akan merespon materi yang diberikan oleh guru. Sehingga   proses pembelajaran ini tidak akan berhasil pada tujuan yang ingin dicapai oleh guru.
Dalam proses pembelajaran, peserta didik merupakan subjek yang pro aktif dan ikut  menentukan keberhasilan proses yang berlangsung.  Untuk itu peserta didik perlu dilibatkan secara aktif dalam menetapkan sistem pembelajaran. Sehingga guru akan mendapatkan sistem pembelajaran yang tepat sesuai dengan minat, motivasi, kebiasaan, dan cara belajar peserta didik.
Sistem pembelajaran merupakan proses yang berlangsung secara berkesinambungan dari awal hingga berakhirnya proses pembelajaran.  Untuk itu sebelum memulai pembelajaran guru perlu terlebih dahulu menyusun desain pembelajaran yang tepat sesuai dengan minat, motivasi, dan kebiasaan siswa.
Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan pelajar atas dasar hubungan timbal balik yang berlansung dalam suasana belajar untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan pelajar merupakan syarat utama bagi berlansungnya proses belajar mengajar. Interaksi dalam proses belajar mengajar mempunyai arti yang lebih luas, tidak sekedar hubungan antara guru dengan siswa, tetapi berupa interaksi educative.

14.          Guru memukul siswa dalam Bertanya
Tak jarang guru menjadi otoriter dan menggunakan kekuasaannya untuk mencapai tujuannya tanpa lebih jauh mempertimbangkan akibatnya bagi anak, khususnya bagi perkembangan pribadinya.
Segala sesuatu yang ekstrim akhirnya menemui kesulitan. Oleh sebab itu guru hendaknya jangan melupakan kedua  aspek, yaitu mengajar (mentrnsfer perkembangan intelektual) dan mendidik peserta didiknya agar menjadi manusia yang intelektual. Peserta didik bukan sebuah botol yang serba sama yang harus kita isi dengan minuman atau zat lain, melainkan makhluk hidup yang dapat bereaksi positif maupun negatip terhadap ransangan – ransangan yang diterimanya. Agar proses belajar berhasil baik tiap peserta didik harus mendapat perhatian dan bantuan dari gurunya.
Pemerintah sering melakukan upaya untuk meningkatkan kualitas guru, antara lain, melalui seminar, pelatihan, dan lokakarya, bahkan melalui pendidikan formal bahkan dengan menyekolahkan guru pada tingkat yang lebih tinggi. Kendatipun dalam pelaksanaannya masih jauh dari harapan, dan banyak penyimpangan, namun paling tidak telah menghasilkan suatu kondisi yang menunjukkan bahwa sebagian guru memiliki ijazah perguruan tinggi.
Ahmad Tafsir membagi tugas-tugas yang dilaksanakan oleh guru antara lain adalah:
1. Wajib mengemukakan pembawaan yang ada pada anak dengan berbagai cara seperti observasi, wawancara, melalui pergaulan, angket dan sebagainya.
2. Berusaha menolong anak didik mengembangkan pembawaan yang baik dan menekankan pembawaan yang buruk agar tidak berkembang.
3. Memperlihatkan kepada anak didik tugas orang dewasa dengan cara memperkenalkan kepada anak didik tugas orang dewasa dengan cara memperkenalkan berbagai keahlian, keterampilan, agar anak didik memilikinya dengan cepat.
4. Mengadakan evaluasi setiap waktu untuk mengetahui apakah perkembangan anak didik berjalan dengan baik.
5. Memberikan bimbingan dan penyuluhan tatkala anak didik melalui kesulitan dalam mengembangkan potensinya.
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan di atas dapat diketahui tugas guru bukan hanya mengajar atau menyampaikan kewajiban kepada anak didik, akan tetapi juga membimbing mereka secara keseluruhan sehingga terbentuk kepribadian muslim

15.  Guru Menerangkan Pelajaran Sambil merokok

Merokok adalah salah satu kegiatan yang jelek, karena ini akan menimbulkan bahaya bagi si guru dan muridnya. Merokok di depan murid adalah contoh yang tak baik bagi murid. Bila guru merokok di kelas yang memiliki AC, dan asap rokok itu akan merusak paru – paru semua anggota siswa yang berada di ruangan tersebut. Siapa yang menderita ,semua merugikan kesehatan baik bagi guru tersebut maupun bagi siswanya.
Menurut Achmad Sanusi (1991) mengungkapkan kompetensi sosial mencakup kemampuan untuk menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja dan lingkungan sekitar pada waktu membawakan tugasnya sebagai guru. Keseriusan guru dalam memberi materi pelajaran harus diikuti dengan tingkah lakunya yang mendukung proses kegiatan belajar mengajar. Bila seperti gambar diatas guru mengajar dengan menghisap rokok. Siswa akan meniru gayanya diluar kegiatan belajar.
 Sebagai pendidik, seorang guru dituntut untuk bertingkah laku sesuai dengan profesinya. Sedikit saja kelakuan yang menyimpang dari guru , tak luput dari pandangan peserta didiknya, semua kegiatan yang menyimpang ini akan senantiasa diikuti oleh peserta didiknya.
Masyarakat dalam proses pembangunan sekarang ini menganggap guru sebagai anggota masyarakat yang memiliki kemampuan, keterampilan yang cukup luas, yang mau ikut serta secara aktif dalam proses pembangunan. Dan masyarakat pun akan selalu mengikuti kegiatan dan penampilan guru. Karena selama ini mengganggap seorang pendidik itu semua kegiatan atau aktivitasnya baik di dalam maupun di luar kelas adalah panutan bagi mereka. Dan mereka akan mencontoh apapun yang ditampilkan oleh guru.
 Guru diharapkan menjadi pelopor di dalam pelaksanaan pembangunan. Guru perlu menyadari posisinya di tengah-tengah masyarakat berperan sangat penting, yakni sebagai;1) motivator dan innovator dalam pembangunan pendidikan, 2) perintis dan pelopor pendidikan. 3) peneliti dan pengkaji ilmu pengetahuan, 4) pengabdian.
Untuk itu, sebagai guru harus menyadari apa yang akan terjadi bila memberikan contoh jelek bagi masyarakat. Dan masyarakat tidak akan mengganggap mereka mendukung pembangunan. kemampuan guru untuk menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja di lingkungan sekitar pada waktu membawakan tugasnya sebagai guru. Peran yang dibawa guru dalam masyarakat berbeda dengan profesi lain. Oleh karena itu, perhatian yang diberikan masyarakat terhadap guru pun berbeda dan ada kekhususan terutama adanya tuntutan untuk menjadi pelopor pembangunan di daerah tempat guru tinggal.



16.             Guru Berpakaian Compang Camping

Berpakaian  comping camping adalah pakaian yang biasa dipakai oleh para pengemis di jalan raya. Karena mereka tak ada lagi memiliki pakaian yang baru, bagus dan rapi, layaknya orang – orang yang mampu. Akan tetapi bila pakaian compang camping itu dikenakan oleh guru dalam memberi materi atau ketika berhadapan dengan peserta didiknya, alangkah memalukan profesinya sendiri.
Setiap guru mempunyai pribadi masing-masing sesuai ciri-ciri pribadi yang mereka miliki. Ciri-ciri inilah yang membedakan seorang guru dengan guru yang lainnya. Kepribadian sebenarnya adalah satu masalah yang abstrak, hanya dapat dilihat dari penampilan, tindakan, ucapan, cara berpakaian, dan dalam menghadapi setiap persoalan.
Penampilan sangat penting bagi seorang guru, sebagai pendidik seorang guru harus menjaga penampilan mereka. Seperti gambar diatas, guru pria berpakaian compang camping masuk ke kelas dan memberi pelajaran. Suasana kelas menjadi riuh ada yang ketawa, senyum, dan ada yang berdiskusi. Guru harus mampu berpakaian rapi, bersih dan berenergi dalam mengajar.
Pakaian  merupakan penutup aurat kita jadi harus kita perhatiakan dengan baik dan kita paduan biar sesuai dengan suasana hati. Kaos kaki robek saja menjadi perhatian anak apalagi berpakaian  robek. Pakaian menentukan kepribadian  seseorang. Baik dan rapi seseorang  maka orang di sekitar akan menilai dia sangat berwibawa. Begitupun sebaliknya, bila seseorang berpakaian compang camping maka akan rendahlah penilaian orang terhadapnya.
Dalam proses pembelajaran, peserta didik merupakan subjek yang pro aktif dan ikut  menilai penampilan gurunya ketika proses pembelajaran yang berlangsung.  Untuk itu peserta didik perlu dilibatkan secara aktif dalam menetapkan sistem pembelajaran. Sehingga guru akan mendapatkan respon yang tepat sesuai dengan minat, motivasi, kebiasaan, dan cara berpakaiannya peserta didik.
Menurut Saiful Bahri Djamarah sebagaimana yang dikutip oleh Martinis dan Maisah, secara keseluruhan guru adalah figur yang menarik perhatian semua orang, entah dalam keluarga, dalam masyarakat atau disekolah. Tidak seorang pun yang tidak mengenal guru, hal ini dikarenakan figur guru itu bermacam-macam seperti guru silat, guru mengaji, guru mata pelajaran dan lain-lain. Semua pun dinilai dalam setiap penampilannya yang sanga bersahaja dan cara berpakaiannya. Ki.Hajar Dewantara menyebutkan sosok guru sebagai tut wuri handayani, ing madyo mangun karso, ing ngarso sung tulodo.










17.       Guru berpakaian Sexi
Memberi teladan kepada anak-anak didik tidak hanya melalui sikap, tetapi harus pula dibarengi dengan penampilannya ketika berada di depan kelas. Bukan seenaknya berpenampilan, sepeti guru wanita yang berpakaian mini atau sexi ke kelas, atau berdandan menor pada saat mengajar. Hal ini, akan menambah ilmu pengetahuan baru (pikiran dan pendapat lain dari muridnya).
 Guru yang bersikap baik tetapi memiliki penampilan yang tidak sesuai dengan situasi maupun kondisi tidak akan dapat memberi teladan yang baik kepada para anak didiknya.
Penampilan guru sebagai seorang guru yang adalah panutan bagi para muridnya sebaiknya memperhatikan: Pakaian yang dikenakan, pilih yang sederhana, sopan, namun berkesan baik dan rapi.
  1. Bagi guru wanita, pilih make up yang wajar dan menarik, tetapi tidak "menor" (jangan berlebihan). Sebaiknya guru wanita  juga tidak memakai perhiasan yang berlebihan ketika mengajar atau suatu acara atau upacara yang diadakan di sekolah setiap hari atau minggunya (bila ada kegiatan di sekolah).
  2. Sesaat mengajar, jangan "sibuk" atau "mencari kesibukan", baik dengan bersenda-gurau dengan guru lain, atau dengan berjalan hilir mudik. Hal ini akan membuat Anda kelelahan dan kehilangan konsentrasi. Lebih baik Anda duduk tenang, Juga gunakan waktumu untuk memastikan bahwa semua perlengkapan mengajar sudah siap di tempat. Gunakan waktumu juga untuk berbincang-bincang dengan anak-anak
  3. Jangan lupa Anda harus istirahat secukupnya (tidur secukupnya) dan makan secukupnya sebelum acara/mengajar tersebut. Pastikan Anda pada kondisi "puncak" pada saat Anda memimpin acara/ mengajar di Sekolah tersebut sehingga Anda tampak segar, bersemangat, dan dengan penampilan Anda dapat membangkitkan semangat anak-anak dalam belajar.
  4. Di dalam kegiatan mengajar di kelas, perhatikan kegiatan – kegiatan murid murid, bilamana ada murid yang masih bingung atau melamun bisa guru dekati dan tanyakan apa kesulitan mereka dan bantu mereka mengerjakan sendiri soal – soal yang telah anda berikan.







18.          Guru Memakai Piyama saat Mengajar

Piyama adalah baju tidur untuk semua orang, baju piyama biasanya hanya dipakai di rumah tepatnya di ruang tidur. Memakai piyama berarti kita akan menuju ke kamar tidur. Dan seandainya guru menggunakan piyama ke sekolah dengan alasan rumah dekat dengan gedung sekolah, guru tersebut tidak memiliki kompetensi kepribadian.
Setiap guru akan selalu memperhatikan pakaian yang nomor satu diperhatikan. Bilamana seorang guru seperti contoh gambar diatas, dengan tersipu memakai baju piyama atau baju tidur dan dengan sepatu hak tinggi di sekolah, bagaimana siswanya nanti. Hal ini guru benar –benar tidak profesinal dan tidak bisa menempatkan dimana dia harus berdiri dan siapa yang dia hadapi.
Memberi teladan kepada anak-anak didik  tidak hanya melalui sikap, tetapi harus pula dibarengi dengan penampilannya ketika berada di depan kelas. Guru yang bersikap baik tetapi memiliki penampilan yang tidak sesuai dengan situasi maupun kondisi tidak akan dapat memberi teladan yang baik kepada para anak didik-nya.
Dalam proses pembelajaran, peserta didik merupakan subjek yang pro aktif dan ikut  menentukan keberhasilan proses yang berlangsung.  Untuk itu peserta didik sering menilai penampilan guru. Sehingga guru akan mendapatkan perhatian yang sangat besar dari siswanya, kebiasaan guru di depan kelas dan perilaku guru juga menjadi pusat perhatian dari muridnya, dan cara mengajar menjadi ketertarikan sendiri bagi murid - muridnya.
Sistem pembelajaran merupakan proses yang berlangsung secara berkesinambungan dari awal hingga berakhirnya proses pembelajaran.  Untuk itu sebelum memulai pembelajaran guru perlu terlebih dahulu memperhatikan dan menyadari penampilan yang sesuai dengan norma yang ada.
Tanggung jawab  spritual dan moral diwujudkan melalui penampilan guru sebagai makhluk beragama yang prilakunya senantiasa tidak menyimpang dari norma-norma agama dan moral.[5]
Meyakinkan setiap orang khususnya pada setiap guru bahwa pekerjaannya sebagai pekerjaan  profesional merupakan upaya pertama yang harus dilakukan dalam rangka pencapaian standar proses pendidikan sesuai dangan harapan, sebab banyak orang termasuk guru sendiri yang meragukan  bahwa guru merupakan jabatan profesional. Mengajar bukan hanya sekedar menyampaikan materi pelajaran,  akan tetapi suatu proses mengubah prilaku siswa sesuai dengan tujuan yang diharapkan
19. Guru memakai sepatu tinggi sebelah
Satu  lagi contoh guru yang tidak profesional, seperti contoh di gambar. Seorang guru  wanita memakai sepatu yang memiliki tinggi sebelah. Bisa dibayangkan ‘alangkah lebay nya guru tersebut’
.
Sepatu adalah alas kaki yang merupakan nilai tersendiri terhadap guru, bilamana di pakai dengan sesuai. Sepatu mendukung penampilan seseorang. Bila seorang guru memakai sepatu hak tinggi sebelah, ini akan mendapat tertawaan dari murid – muridnya.
Latar belakang pendidikan ini mestinya berkorelasi positif dengan kualitsa pendidikan, bersamaan dengan faktor lain yang mempengaruhi. Walaupun dalam kenyataannya banyak guru yang melakukan kesalahan-kesalahan. Kesalahan-kesalahan yang seringkali tidak disadari oleh guru dalam pembelajaran ada tujuh kesalahan. Kesalahan-kesalahan itu antara lain: (1) mengambil jalan pintas dalam pelajaran; (2) menunggu peserta didik berperilaku negatif; (3) menggunakan destructive discipline; (4) mengabaikan kebutuhan-kebutuhan khusus (perbedaan individu) peserta didik; (5) merasa diri paling pandai di kelas; (6) tidak adil (diskriminatif) dan kasar; (7) memaksakan hak peserta didik. (Mulyasa, 2005:20).
 Untuk mengatasi kesalahan-kesalahan tersebut, maka seorang guru yang profesional harus memiliki empat kompetensi. Kompetensi tersebut tertuang dalam Undang-Undang Dosen dan Guru, yaitu:
  1. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik;
  2. Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik;
  3. Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran luas mendalam;
4.   Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisian dengan peserta didik, sesama guru, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.Kemampuan/terampil memberikan bantuan dan bimbingan kepada peserta didik. Bantuan dan bimbingan kepada peserta didik sangat diperlukan agar peserta didik dapat mengembangkan kemampuannya melalui proses belajar mengajar di kelas.




20. Guru berpakaian layaknya anak PUNK
Berdasarkan gambar guru datang dengan tampilan rambut urakan, pakaian ala anak punk, sangatlah tidak sesuai dengan tugasnya menjadi seorang pendidik.
Perkembangan scene punk, hingga pembuatan situs.Meski demikian, secara keseluruhan, punk di Indonesia termasuk marak. Profane perkembangan punk yang menempati peringkat teratas di muka Bumi adalah Indonesia . Bahwa `Himsa`, band punk asal Amerika sampai dibuat berdecak kagum menyaksikan antusiasme konser punk di Bandung.
 Sekolah adalah rumah kedua, tempat remaja memperoleh pendidikan formal, dididik dan diasuh oleh para guru. Dalam lingkungan Punk ,remaja belajar dan berlatih untuk meningkatkan kemampuan daya pikirnya. Bagi remaja yang sudah menginjak perguruan tinggi, nampak sekali perubahan perkembangan intelektualitasnya. Tidak hanya sekedar menerima dari para pengajar, tetapi mereka juga berfikir kritis atas pelajaran yang diterima dan mampu beradu argumen dengan pengajarnya.
Dalam lingkungan sekolah guru memegang peranan yang penting, sebab guru bagaikan pengganti orang tua. Karena itu diperlukan guru yang arif bijaksana, mau membimbing dan mendorong anak didik untuk aktiv dan maju, memahami perkembangan remaja serta seorang yang dapat dijadikan tauladan. Guru menempati tempat istimewa di dalam kehidupan sebagian besar remaja. Guru adalah orang dewasa yang berhubungan erat dengan remaja. Dalam pandangan remaja, guru merupakan cerminan dari alam luar. Remaja percaya bahwa guru merupakan gambaran sosial yang diharapkan akan sampai kepadanya, dan mereka mengambil guru sebagai contoh dari masyarakat secara keseluruhan. Dan remaja menyangka bahwa semua orang tua, kecuali orang tua mereka, berfikir seperti berfikirnya guru-guru mereka.
Profesi seorang guru juga dapat di katakan sebagai penolong orang lain, karena dia menyampaikan hal-hal yang baik sesuai dengan ajaran Islam agar orang lain dapat melakasanakan ajaran Islam. Dengan demikian akan tertolonglah orang lain dalam memahamin ajaran Islam. Musthafa Al-Maraghi mengatakan ”Orang yang diajak bicara dalam hal ini adalah umat yang mengajak kepada kebaikkan, yang mempunyai dua tugas, yaitu menyuruh berbuat baik dan melarang berbuat mungkar”[1], Dalam tafsir Al-Azhar, diterangkan bahwa: “Suatu umat yang menyediakan dirinya untuk mengajak atau menyeru manusia berbuat kebaikan, menyuruh berbuat yang ma’ruf yaitu, yang patut, pantas, sopan, dan mencegah dari yang mungkar.[2]
Berdasarkan ayat dan tafsir di atas dapat dipahami bahwa dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, guru berkewajiban membantu perkembangan anak menuju kedewasaan yang sesuai dengan ajaran Islam, apalagi di dalam tujuan pendidikan terkandung unsur tujuan yang bersifat agamis, yaitu agar terbentuk manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Agama datang menuntun manusia dan memperkenalkan mana yang ma’ruf dan mana yang mungkar, oleh karena itu hendaklah guru agama menggerakkan siswa kepada yang ma’ruf dan menjauhi yang mungkar, supaya siswa bertambah tinggi nilainya baik disisi manusia maupun dihadapan Allah.
Bila diperhatikan secara lebih jauh, tugas dan tanggung jawab yang mestinya dilaksanakan oleh guru yang telah dijelaskan pada firman Allah di atas intinya adalah mengajak manusia melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Menurut M. Ja’far bahwa “Tugas dan tanggung jawab guru menurut agama Islam dapat diidentifikasikan sebagai tugas yang harus dilakukan oleh ulama, yaitu menyuruh yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar”.[3] Hal ini menunjukkan adanya kesamaan tugas yang dilaksanaan guru agama dengan mubaligh/da’i, melaksanakan tugasnya melalui jalur pendidikan luar jalur sekolah (non formal). Rasulullah bersabda:    
 
(و عن عبد الله عمرو بن العاص رضى الله قال : بلغوا عنى ولو آية (رواه البخارى)
Artinya : “Dari Abdullah bin Amru bin Ash r.a dia berkata: Bersabda Nabi SAW, sampaikanlah dari ajaranku walaupun satu ayat. (HR. Bukhari)
Berdasarkan hadis di atas dapat dipahami bahwa tugas dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh orang yang mengetahui termasuk pendidik/guru adalah menyampaikan apa yang diketahuinya (ilmu) kepada orang yang tidak mengetahui.
            Daoed Yoesoef (1980) menyatakan bahwa seorang guru mempunyai tiga tugas pokok yaitu tugas profesional, tugas manusiawi, dan tugas kemasyarakatan (sivic mission). Jika dikaitkan pembahasan tentang kebudayaan, maka tugas pertama berkaitan dengar logika dan estetika, tugas kedua dan ketiga berkaitan dengan etika.
           Tugas-tugas profesional dari seorang guru yaitu meneruskan atau transmisi ilmu pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai lain yang sejenis yang belum diketahui anak dan seharusnya diketahui oleh anak.
         Tugas manusiawi adalah tugas-tugas membantu anak didik agar dapat memenuhi tugas-tugas utama dan manusia kelak dengan sebaik-baiknya. Tugas-tugas manusiawi itu adalah transformasi diri, identifikasi diri sendiri dan pengertian tentang diri sendiri.
          Usaha membantu kearah ini seharusnya diberikan dalam rangka pengertian bahwa manusia hidup dalam satu unit organik dalam keseluruhan integralitasnya seperti yang telah digambarkan di atas. Hal ini berarti bahwa tugas pertama dan kedua harus dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu. Guru seharusnya dengan melalui pendidikan mampu membantu anak didik untuk mengembangkan daya berpikir atau penalaran sedemikian rupa sehingga mampu untuk turut serta secara kreatif dalam proses transformasi kebudayaan ke arah keadaban demi perbaikan hidupnya sendiri dan kehidupan seluruh masyarakat di mana dia hidup.
           Tugas kemasyarakatan merupakan konsekuensi guru sebagai warga negara yang baik, turut mengemban dan melaksanakan apa-apa yang telah digariskan oleh bangsa dan negara lewat UUD 1945 dan GBHN.      
            Ketiga tugas guru itu harus dilaksanakan secara bersama-sama dalam kesatuan organis harmonis dan dinamis. Seorang guru tidak hanya mengajar di dalam kelas saja tetapi seorang guru harus mampu menjadi katalisator, motivator dan dinamisator pembangunan tempat di mana ia bertempat tinggal.  
Ketiga tugas ini jika dipandang dari segi anak didik maka guru harus memberikan nilai-nilai yang berisi pengetahuan masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang, pilihan nilai hidup dan praktek-praktek komunikasi. Pengetahuan yang kita berikan kepada anak didik harus mampu membuat anak didik itu pada akhimya mampu memilih nilai-nilai hidup yang semakin komplek dan harus mampu membuat anak didik berkomunikasi dengan sesamanya di dalam masyarakat, oleh karena anak didik ini tidak akan hidup mengasingkan diri. Kita mengetahui cara manusia berkomunikasi dengan orang lain tidak hanya melalui bahasa tetapi dapat juga melalui gerak, berupa tari-tarian, melalui suara (lagu, nyanyian), dapat melalui warna dan garis-garis (lukisan-lukisan), melalui bentuk berupa ukiran, atau melalui simbul-simbul dan tanda tanda yang biasanya disebut rumus-rumus.
Ahmad Tafsir membagi tugas-tugas yang dilaksanakan oleh guru antara lain adalah:
1. Wajib mengemukakan pembawaan yang ada pada anak dengan berbagai cara seperti observasi, wawancara, melalui pergaulan, angket dan sebagainya.
2. Berusaha menolong anak didik mengembangkan pembawaan yang baik dan menekankan pembawaan yang buruk agar tidak berkembang.
3. Memperlihatkan kepada anak didik tugas orang dewasa dengan cara memperkenalkan kepada anak didik tugas orang dewasa dengan cara memperkenalkan berbagai keahlian, keterampilan, agar anak didik memilikinya dengan cepat.
4. Mengadakan evaluasi setiap waktu untuk mengetahui apakah perkembangan anak didik berjalan dengan baik.
5. Memberikan bimbingan dan penyuluhan tatkala anak didik melalui kesulitan dalam mengembangkan potensinya.



21.      Guru sering menguap saat mengajar
Menguap adalah gerakan mulut yang menyatakan sesorang mengantuk dan kurang tidur. Gerakan menguap di depan murid yang dilakukan berkali – kali akan menurunkan aktivitas seorang guru dan juga mengurangi penilaian tentang seorang guru.
Di mata murid guru adalah orang yang hebat dan sempurna yang patut di bisa menjadi contoh. Bila menguap sekali bisa jadi biasa manusia ada lelahnya. Tetapi bila menguap yang mengganggu aktivitas mengajar guru,dan menjadi sosok yang malas dinilai oleh siswa. Jadi kesimpulannya sebelum seorang guru mengajar, hendaklah benar-benar mempersiapkan dirinya untuk mengajar, tidur yang cukup dan makan makanan yang bergizi agar ketika mengajar bisa kelihatan segar di mata siswanya. Bila hal ini dilakukan oleh guru maka akan menjadi guru yang ideal bagi peserta didiknya.
Guru ideal adalah sosok yang senantiasa menjadi dambaan peserta didik, menjadi panutan dan selalu memberikan keteladanan. Guru ideal adalah yang menguasai ilmunya dengan baik sehingga mampu mengelola pembelajaran yang bermakna. Guru mampu memberikan yang terbaik untuk anak didiknya. Dia disukai oleh murid-muridnya karena cara mengajarnya menarik dan mudah dipahami. Dia pun terbuka menerima kritikan dari peserta didiknya, karena dari kritik itulah dia belajar dari para peserta didiknya. Dari mereka guru dapat mengetahui kekurangan cara mengajarnya, dan melakukan umpan balik (feedback).
Untuk menjaga orisinalitasnya, kata-kata tersebut ditampilkan sesuai aslinya dan diurut berdasarkan frekuensi jawaban siswa. Dan inilah pendapat mereka tentang sosok guru ideal :
Baik hati Tidak suka marah-marah, ramah ,murah senyum ,tidak membanding-bandingkan antar siswa ,cara mengajarnya menyenangkan ,tidak pilih kasih, dapat memberikan materi yang mudah diserap oleh muridnya, tegas,humoris/lucu ,disiplin dalam mengajar, tapi tidak membuat siswa tegang.
Guru tidak terlambat masuk mengajar (tepat waktu). Santai dalam mengajar siswanya dan mengeluarkan bahasa dengan  kata-katanya halus, tidak menyinggung, Sabar menghadapi murid yang nakal memperhatikan murid . Selalu memberikan tugas agar siswa rajin belajar di rumah menerima curhat dari siswa memberikan kompetensi dasar kepada siswa, agar siswa mengetahui dan mempelajari materi yang akan dipelajari di sekolah tidak merokok saat mengajar menuntun siswa yang kurang dalam pelajaran pintar  selalu memberikan arahan sebelum dan sesudah mengajar  senang jika murid bertanya Pengertian Beriman Berwibawa Membuat siswa menjadi rukun Mengajar tanpa kata lelah Data di atas menunjukkan bahwa siswa lebih mengedepankan aspek kepribadian dibanding kemampuan intelegensi. kriteria guru ideal yang pintar hanya menempati urutan ke-22 (ditulis 2 siswa). Saatnya guru-guru meningkatkan kecerdasan emosionalnya agar dapat menjadi guru ideal bagi siswa, sehingga pada gilirannya tercipta suasana pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.



22.      GURU TIDAK MENGUASAI MATERI
Guru harus menguasai bahan pelajaran itu dengan sepenuhnya, serta menyukai dan mengetahui pemakaian dan manfaatnya bagi kehidupan anak sekarang atau kemudian hari dan bagi manusia umumnya.
1.      Syarat-syarat Guru  Profesional / Guru Ideal
a.    Guru yang memahami dan menghormati murid
Mengajar adalah hubungan antar manusia. Guru senagai manusia menghadapi murd sebagai manusia juga, bukan sebagai makhluk yang lebih rendah darinya. Guru yang demokratis akan lebih banyak membicarakan dan mempertimbangkan sesuatu dengan anak
b.    Menghormati bahan pelajaran yang diberikan
Guru harus menguasai bahan pelajaran itu dengan sepenuhnya, serta menyukai dan mengetahui pemakaian dan manfaatnya bagi kehidupan anak sekarang atau kemudian hari dan bagi manusia umumnya
c.    Menyesuaikan metode mengajar dengan bahan pelajaran
d.    Menyesuaikan bahan pelajaran dengan kesanggupan individu
Kesanggupan anak-anak dalam berbagai hal berbeda-beda, biasanya guru mencoba menyesuaikan pelajaran dengan kesanggupan rata-rata didalam kelas itu
e.    Mengaktifkan murid dalam hal belajar
“Learning by doing” . Sesuatu itu akan lebih berhasil kita pelajari bila kita melakukannya
f.     Memberi pengertian dan bukan kata-kata belaka
Salah satu penyakit yang terbesar disekolah ialah verbalisme  yakni anak mengenal kata0kata tetapi tidak menyelami artinya, anak dapat mengatakan pelajaran diluar kepala akan tetapi tidak memahami isinya. Dengan kata-kata justru kita kuasai alam sekitar
g.    Guru menghubungkan pelajaran dengan kebutuhan muri
h.    Guru mempunyai tujuan tertentu dengan tiap pelajaran yang diberikan
Tujuan umum tidak dapat dicapai sekaligus, akan tetapi harus melalui langkah-langkah tertentu yakni melalui tujuan khusus
i.      Guru jangan terkait dengan satu buku pelajaran (texbook)
j.      Guru yang baik tidak hanya mengajar dalam arti menyampaikan pengetahuan saja kepada murid melainkan senantiasa mengembangkan pribadi anak.[6]
Menurut Surya dan Hadianto sebagaimana yang dikutip oleh Martinis dan Maisah, bahwa karekteristik citra guru yang ideal itu adalah :
a.       Memiliki semangat juang yang tinggi disertai kualitas keimanan dan ketaqwaan yang mantap
b.       Mampu mewujudkan dirinya dalam keterkaitan dan pendanaan dengan tuntutan lingkungan dan perkembangan IPTEK
c.       Mampu belajar dan bekerja sama dengan profesi lain
d.      Memiliki etos kera yang kuat
e.       Memiliki kejelasan dan kepastian perkembangan jenjang karier
f.       Berjiwa proesional yang tinggi
g.      Memiliki kesejahteraan lahir dan bathin, material dan non material
h.      Memiliki wawasan masa depan
i.        Mampu melaksanakan fungsi dan peranannyasecara terpadu.[7]

Jadi intinya guru yang profesional adalah guru yang ideal dan guru yang bermutu yang merupakan dambaan bagi semua orang, dan banyak cara yang dilakukan oleh perorangan guru dan lembaga untuk meningkatkan  mutu guru, seperti melalui peningkatan jenjang akademis, workshop, penataran, peningkatan kinerja, studi banding dan lain sebagainya. Penambahan pengetahuan dan pengalaman dapar mengangkat mutu guru, artinya mereka harus selalu mengembangkan kapasitas dirinya selaku guru untuk menjadi panutan, menjadi contoh, tempat bertanya dan berdiskusi. Hal yang penting bagi guru yang profesional adalah harus mampu mendesain pembelajaran.
Menurut Martinis dan Maisah, guru yang ideal sebagai guru profesional  wajib memiliki  keahlian dalam :
1.    Mendesain pembelajaran
2.    Mengembangkan pembelajaran
3.    Melaksanakan pembelajaran
4.    Menguasai materi pembelajaran
5.    Berinovasi dalam pembelajaran
6.    Menguasai komunikasi pembelajaran
7.    Kompetnsi keguruan
8.    Memotivasi siwa
9.    Mempergunakan strategi pembelajaran
10. Mempergunakan metode dan media pembelajaran
11. Melaksanakan penilaian siswa
Lebih lanjut Martinis menjelaskan, bahwa guru bukan hanya sebagai pengajar materi yang mengisi kognitif siswa, tetapi juga sebagai pendidik yang mampu membimbing dan mengembangkan  siswa sesuai dengan bakat masing-masing. Didalam kelas terdiri dari  tipe dan kemampuan siswa yang berbeda-beda, oleh sebab itu tugas pendidik mengupaya mengembangkan siswa berdasarkan kemampuan yang dimiliki nya masing-masing dari segi kognitif, apektif dan psikomotorik. Disamping itu guru sabagai pelatih, bertugas melatih psikomotorik dan apeksi siswa sehingga siswa betul-betul berkembang seimbang antara kognitif,apektif dan psikomotoriknya.[8]
2.    Pekerjaan guru sebagai jabatan profesional
Menurut Surya sebagaimana yang dikutip Kunandar :
·         Guru yang profesional akan tercermin dalam pelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian, baik dalam materi maupun metode.
·         Selain itu, juga ditunjukkan melalui tanggung jawabnya dalam melaksanakan seluruh pengabdiannya.
·         Guru yang profesional hendaknya mampu memikul dan melaksanakan tanggungnjawab sebagai guru kepada peserta didik, orangtua, masyarakat, bangsa, negara,dan agamanya.
·         Guru profesional mempunyai tanggung jawab pribadi , sosial, intelekual, moral dan spritual.
-          Tanggung jawab pribadi yang mandiri yang mampu memahami dirinya, mengelola  dirinya, mengendalikan dirinya dan menghargai dirinya.
-          Tanggung jawab sosial diwujudkan melalui kompoetensi guru dalam memahami dirinya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari lingkungan sosial serta memiliki kemampuan interaktif yang aktif.
-          Tanggung jawab intelektual diwujudkan melalui penguasaan berbagai perangkat pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menunjang tugas-tugasnya.
-          Tanggung jawab  spritual dan moral diwujudkan melalui penampilan guru sebagai makhluk beragama yang prilakunya senantiasa tidak menyimpang dari norma-norma agama dan moral.[9]
Meyakinkan setiap orang khususnya pada setiap guru bahwa pekerjaannya sebagai pekerjaan  profesional merupakan upaya pertama yang harus dilakukan dalam rangka pencapaian standar proses pendidikan sesuai dangan harapan, sebab banyak orang termasuk guru sendiri yang meragukan  bahwa guru merupakan jabatan profesional. Mengajar bukan hanya sekedar menyampaikan materi pelajaran,  akan tetapi suatu proses mengubah prilaku siswa sesuai dengan tujuan yang diharapkan, membimbing siswa agar berkembang sesuai dengan tugas-tugas perkembangan, melatih keterampilan baik keterampilan intelektual maupun keterampilan motorik.
Untuk meyakinkan bahwa guru sebagai pekerjaan profesional, kita tinjau syarat-syarat atau ciri pokok dari pekerjaan profesional :
a.    Pekerjaan profesional ditunjang oleh suatu ilmu tertentu secara mendalam yang hanya  mungkin diperoleh dari lembaga-lembaga pendidikan yang sesuai, sehingga kinerjanya didasarkan kepada keilmuan yang dimilikinya yang  dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
b.    Suatu profesi menekankan kepada suatu keahlian dalam bidang tertentu yang spesifik sesuai dengan jenis profesinya, sehingga  antara profesi yang satu dengan yang lainnyadapat dipisahkan secara tegas
c.    Tingkat kemampuan dan keahlian suatu profesi didasarkan kepada latar belakang pendidikan yang dialaminya yang diakui oleh masyarakat, sehingga semakin tinggi latar belakang pendidikan akademik sesuai dengan profesinya, semakin tinggi pula tingkat keahliannya, dengan demikian semakin tinggi pula tingkat penghargaan yang diterimanya.
Suatu profesi selain dibutuhkan oleh masyarakat juga memiliki dampak terhadap sosial kemasyarakatan, sehingga masyarakat memiliki kepekaan yang sangat tinggi terhadap setiap efek yang ditimbulkannya dari pekerjaan profesinya itu.


[1] S.Nasution,Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar, (Jakarta; PT Bumi Aksara,2003)h.41
[2] Ibid

[3] Martinis yamin,Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan (Gaung Persada,2009)h2.
[4] Martinis Yamin,Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan (Jakarta:GP2009)h18
[5]Kunandar, Guru Profesional......., h. 47-48
[6] S.Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar, (Jakarta, PT.Bumi Aksara, 2010), ed.2 cet.4 h. 8-13
                [7] Martinis dan Maisah, Standarisasi....h. 21
[8] Martinis dan Maisah, Standarisasi......h. 35-36
[9]Kunandar, Guru Profesional......., h. 47-48

Tidak ada komentar:

Posting Komentar